Aku ingat Ketika dulu saat aku masih SMP, ada sebuah rumah tua terbengkalai di daerah lingkungan rumahku. Terlihat dari luar, atap yang sudah ambruk, dengan tumbuhan liarnya menghiasi rumah tersebut.
Suatu hari, karena penasaran aku dan beberapa teman sekelasku berencana untuk melakukan eksplorasi ke dalam rumah itu. Kalau aku tidak salah ingat, waktu itu sekitar jam 6 sore.
Kami mencoba untuk masuk melalui pintu depan, namun ternyata pintunya terkunci, akhirnya kami terpaksa memanjat salah satu jendela yang ada di belakang rumah.
Setelah di dalam, kami menelusuri setiap kamar dengan lampu senter yang telah kami persiapkan. Kau tahu, ada yang aneh dari rumah ini, ada satu lorong yg menuju ke beberapa kamar, dan di sepanjang lorong tersebut ada puluhan boneka berbaris di sepanjang dindingnya.
Melihat hal itu, rasa penasaran dan semangat kami berubah menjadi ketakutan. Suasana menjadi tegang, dan tak ada satupun dari kami yang berbicara ketika menelusuri lorong tersebut. Semua tenggelam dalam keheningan yang menggelisahkan.
Sampai ketika kami ingin memasuki salah satu kamar yang ada di ujung lorong, beberapa temanku berkata ingin pulang karena takut. Tetapi aku meyakinkan mereka untuk tetap tenang, dan mencoba menjelajah lebih dalam.
Akhirnya kami masuk ke kamar tersebut, ketika kami berjalan di dalam, papan lantai tiba-tiba berderit dan sedikit mengejutkan kami. Saat itu aku melihat sesuatu tergeletak di atas meja. Aku memutuskan untuk melihatnya lebih dekat, dan ternyata itu adalah secarik kertas dengan sebuah kaset tua disebelahnya. Di atas surat itu tertulis… “Terima kasih ayah“
Sesaat setelah aku melihat tulisan itu, tiba-tiba aku merasa hawa dingin memenuhi ruangan, dan saat itu juga aku memutuskan untuk pergi. Kami langsung berlari, dan semua orang bernapas lega setelah berada di luar rumah tua tersebut.
Dalam perjalanan pulang, salah seorang temanku memulai pembicaraan mengenai kedua benda tadi.
“Apa ya itu?” tanyanya pada temanku yang lain.
“Hmm.. Aku tidak tahu,” gumamnya, “tapi aku membawanya bersamaku sebelum kita berlari tadi…”
Kami semua pun menuju ke rumah ku untuk memutar kaset tersebut karena penasaran. Aku memasukannya ke dalam tape recorder-ku dan saat aku menekan tombal “Play”.
Hanya ada keheningan…
Kami duduk dan menunggu hingga kurang lebih 10 menit berlalu, tetapi tetap tidak ada apa-apa. Setelah itu kami berpikir mungkin ini hanya kaset kosong saja, jadi kami membiarkannya tetap menyala dan mulai melakukan aktivitas lain, Bahkan sampai sesaat kami lupa tentang rekaman itu.
Tapi ketika kami sedang asik-asiknya bermain, tiba-tiba tape recorder-ku mengeluarkan suara. Pertama-tama muncul suara berisik yg tidak jelas, lalu kemudian ada suara anak perempuan yang berkata..
“Terima kasih ayah karena telah membunuhku.”