Panggilan 911 Terburukku

Panggilan 911 Terburukku

Creepypasta ini menceritakan mengenai seorang operator 911 yang harus menerima panggilan dari seorang pria yang rumahnya dimasuki oleh penyusup

– Panggilan 911 Terburukku –

Aku sudah menjadi operator 911 selama sekitar tiga tahun sekarang. Aku tidak tahu bagaimana kehidupanku akhirnya membawaku untuk bekerja di bidang ini, tetapi entah bagaimana hal itu terjadi.

Seperti yang mungkin bisa kau bayangkan, ini bukanlah pekerjaan terbaik untuk dimiliki. Bayarannya tidak bagus sama sekali, dan itu pasti tidak sebanding dengan roller coaster emosional yang menyertainya.

Aku tidak dapat memberitahumu berapa banyak malam tanpa tidur yang kualami karena apa yang ku dengar di telepon. Sebagian besar panggilanku tidak terlalu buruk, sebagian besar merupakan perselisihan rumah tangga kecil dan laporan perampokan bersenjata.

Tetapi pada kesempatan yang memang jarang terjadi, aku mendapat telepon yang sangat mengganggu, seperti panggilan di tempat pembunuhan atau sesuatu seperti itu. Panggilan telepon dengan anak-anak juga termasuk yang terburuk.

Tapi ada satu panggilan 911 yang tak pernah bisa kulupakan, dan itu terjadi beberapa minggu yang lalu.

Aku tinggal di kota yang lumayan kecil, jadi kejahatan bukanlah masalah yang sering terjadi. Tapi kurasa itulah sebabnya setiap kali aku mendapat telepon tentang pembunuhan / kejahatan mengerikan, hal itu menjadi lebih buruk secara emosional.

Semua panggilan yang masuk ke line-ku, kebanyakan bukanlah masalah yang serius. Aku tidak membedakan mana masalah yang serius dan mana yang tidak, tetapi kuyakin kau mengerti maksudnya.

Beberapa malam yang lalu, aku ditelepon sekitar pukul 23.30. Aku biasanya tidak bekerja lembur, tetapi salah satu rekan kerjaku sakit, jadi aku mengajukan diri untuk shift ganda, karena bosku akan membayar lembur jika aku melakukannya.

Awalnya aku hanya duduk di meja, melamun tentang apapun, hingga ada sebuah panggilan masuk. Aku mempersiapkan diri dan menjawabnya. Inilah isi percakapannya:

Aku: 911, Apa keadaan daru-

Penelepon: YA TUHAN TOLONG BANTU AKU! KUMOHON HENTIKAN DIA!

Aku benar-benar terkejut oleh penelepon yang berteriak itu dan seketika membuatku gelisah. Penelepon itu seorang laki-laki, seperti yang bisa kuketahui dari kedalaman suaranya. Aku sudah tahu ini bukan hal yang biasa, dan aku segera berusaha menenangkannya agar aku bisa mengetahui keberadaannya dan mengirim polisi / pemadam kebakaran / EMT ke lokasinya.

Aku: Pak, tenang. Saya ingin Anda memberi tahu di mana Anda berada.

Penelpon: 612 Yokar Street. Tolong kirim seseorang, Ada penyusup disini dan dia mencoba membunuhku !

Jalan Yokar berada di pinggir kota, jadi polisi butuh waktu setidaknya sepuluh menit untuk sampai ke sana. Aku harus mendapatkan cukup informasi dari penelepon untuk memberitahu petugas perjalanan tentang apa yang akan mereka hadapi saat tiba di sana.

Aku: Polisi sedang dalam perjalanan. Apakah anda terluka?

Penelepon: Tidak, tapi dia ingin menyakitiku. Dia menghancurkan semua yang ada di rumah, dan dia menjerit-jerit sangat keras!

Melalui telepon, aku sekarang bisa mendengar jeritan teredam seorang gadis. Sekarang terlihat jelas bahwa penyusup itu ada di dalam rumah.

Aku: Apakah ada orang lain di rumah selain Anda dan si penyusup?

Penelepon: Tidak. Aku sendirian sebelum dia masuk.

Aku: Oke, Saya ingin Anda mendengarkan baik-baik. Kunci diri Anda di dalam ruangan dan bersembunyi. Tetap tersambung dengan saya disini.

Penelepon: Aku sudah mengunci diri di dalam kamar tidur dan bersembunyi di bawah ranjang.

Aku: Oke bagus. Ceritakan apa yang terjadi.

Penelepon: Aku tidak tahu. Aku terbangun dan mendengar suara gemeretak di ruang tamu. Aku beranjak dan menyelidikinya, ternyata ada seorang gadis berdiri di sana, mengutak-atik salah satu lemari. Aku mencoba untuk diam-diam kembali ke kamar dan meminta bantuan, tetapi begitu aku bergerak, dia menyadari keberadaanku. Begitu dia melihatku, dia berteriak sangat keras dan menyerangku. Aku berlari kembali ke kamarku dan membanting pintu dan menguncinya.

Aku: Apakah dia di dekat kamar Anda?

Penelepon: Tidak, kurasa tidak…

Kami berdua kemudian mendengar dentuman keras, dan pria itu menjerit ketakutan.

Penelepon: Ya Tuhan, dia sekarang menggedor-gedor pintu!

Melalui telepon, aku bisa mendengar dentuman ritmis pada kayu. Sekarang aku tahu situasinya menjadi lebih buruk. Kebanyakan penyusup, jika tertangkap oleh penghuni rumah, biasanya akan mencoba kabur. Penyusup ini tidak pergi setelah terlihat, berarti dia sekarang sedang mencoba membunuh.

Penelepon: Tolong beritahu polisi untuk cepat. aku pikir dia akan berhasil mendobrak pintu.

Aku: Mereka sedang dalam perjalanan. Mereka akan segera sampai.

Aku berdoa semoga itu benar.

Aku: Bisakah Anda menggambarkan rupa gadis itu untukku?

Penelepon: Ya, aku akan mencobanya.

Aku sangat gelisah. aku tidak dapat membayangkan betapa menakutkannya seluruh situasi ini. Deskripsi yang diberikan penelepon itu padaku sangat mengerikan.

Penelepon: Dia terlihat seperti anak kecil. Dia bukan orang dewasa. Aku tahu pasti. Dia terlihat berusia setidaknya tujuh atau delapan tahun. Dia memakai rok kecil, dengan bintik-bintik hitam di atasnya. Rambutnya gelap, kira-kira sebahu. Lehernya patah. Kepalanya tergantung di lehernya. Tapi matanya, ya Tuhan, matanya hilang. Tidak ada apapun, lubang matanya kosong.

Aku menjadi semakin ngeri mendengar dia mendeskripsikannya. Ini bukan lagi pencuri biasa. Tidak ada gadis kecil yang masuk ke rumah di tengah malam dengan niat untuk membunuh. Gadis kecil ini bahkan tidak terdengar seperti manusia, setidaknya dari bagaimana si penelepon mendeskripsikannya.

Lima menit telah berlalu, dan aku berdoa agar polisi segera tiba di sana. Pria itu menangis pada saat ini, dan dia semakin panik setiap detiknya.

Aku: Apakah Anda tahu mengapa gadis ini bisa masuk ke rumah Anda?

Penelepon: Aku tidak tahu…

Dia kemudian berhenti selama beberapa detik sebelum melanjutkan.

Penelepon: Dia berhenti menggedor pintu.

Aku mendengarkan, dan tidak ada apa-apa. Tidak ada suara, selain nafas panik si penelepon.

Aku: Oke, jangan bergerak dari sana. Diam di tempat.

Penelepon: Oke.

Aku: Jika sepertinya dia meninggalkan rumah Anda, tolong beritahu saya.

Penelepon: Nah, tidak seperti yang kau sebutkan, ini bukan rumahku.

Aku: Tunggu, apa maksudmu?

Penelepon: Ini…

Dia bahkan tidak menyelesaikan apa yang akan dia katakan. Begitu dia berbicara, aku mendengar suara dentuman keras dan pria itu berteriak. Aku mendengar jeritan memekakkan telinga dari pria dan penyusup itu. Kemudian panggilan tersebut terputus.

Aku duduk di mejaku, membeku dan diam selama beberapa menit. Aku sangat panik, dan salah satu rekan operatorku, yang telah mendengar percakapanku saat duduk di mejanya, segera datang dan menghiburku.

AKu memberi tahu dia apa yang baru saja terjadi, dan wajahnya seketika pucat, putih seperti salju. Dia ketakutan, meski dia harusnya bersyukur, bagaimanapun, dia tidak perlu mendengarnya secara langsung kejadian traumatis tersebut.

Polisi tiba tidak lama kemudian. Aku ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi secepat mungkin. Syukurlah, aku punya teman di kepolisian yang memberitahuku apa yang dia dan petugas lainnya temukan.

Inilah yang dia katakan kepadaku ketika aku berbicara dengannya keesokan harinya:

Rumah itu tidak memiliki jejak masuk secara paksa. Tidak ada jendela yang pecah, dan pintu depan dan belakang terkunci dengan aman.

Dia dan petugas lain di tempat itu tercengang, karena mereka tidak tahu bagaimana penyusup itu masuk.

Ini bisa berarti bahwa si penyusup dengan sukarela diizinkan masuk ke dalam rumah (yang tidak diberitahukan oleh penelepon kepadaku) atau bahwa si penyusup sudah ada di dalam rumah ketika si penelepon kembali ke rumah yang bukan miliknya (yang, pada saat itu, tampaknya yang paling mungkin).

Namun demikian, polisi akhirnya dapat membuka jendela dan masuk ke dalam untuk memeriksa kondisi penelepon.

Rumah itu berantakan. Semuanya, mulai dari bingkai foto, gelas hingga lemari es, hancur. Seolah-olah kru pembongkaran rumah ada di dalam rumah itu.

Pintu kamar tidur terlepas dari engselnya. Pintunya hancur berkeping-keping, dan ada pecahan kayu di mana-mana. Jika polisi belum ketakutan melihat semua itu, maka apa yang mereka lihat selanjutnya akan lebih mengerikan.

Temanku mengatakan kepadaku bahwa seorang penyusup tidak akan dapat menyebabkan kerusakan sebanyak itu pada pintu dalam satu pukulan, apalagi yang dilaporkan adalah seorang gadis kecil. Dia sudah gelisah, tetapi keadaan menjadi jauh lebih buruk ketika mereka akhirnya menemukan penelepon itu.

Pria itu ditemukan di kamar mandi yang terhubung ke kamar tidur tempat dia bersembunyi. Itu mengerikan. Darahnya ada dimana-mana, sebagian besar mengalir dari lubang menganga di daerah perutnya. Namun, beberapa di antaranya ada di dinding kamar tidur dan langit-langit. Matanya juga hilang.

Temanku itu mengatakan beberapa petugas polisi pingsan atau muntah karena syok setelah melihat kekejaman mengerikan yang terjadi pada pria itu.

Aku sudah sangat ketakutan dengan apa yang kudengar. Pria itu meninggal dalam kematian yang sangat kejam, dan penyusup ini masih ada di luar sana. Tetapi temanku kemudian memberitahu sesuatu yang membuat kasus ini lebih mengerikan daripada sebelumnya.

Saat melihat sekeliling rumah, salah satu petugas menemukan dinding yang tidak pada tempatnya di dekat dapur. Dinding itu tampak seperti “dinding buatan”, yang terhubung ke dinding lain, tetapi tingginya hanya sekitar empat kaki dan sepertinya tidak ada gunanya. Itu tampak seperti skat penghalang ke dapur, meski ada bukaan tepat di sebelahnya.

Petugas itu mengetuknya dengan ringan, ketika petugas mengetuk ada sebuah lubang kecil terbuka. Dia mengetuknya dengan sangat ringan, tetapi tembok itu sangat rapuh sehingga itu cukup untuk merobohkannya.

Dia menyorotkan senter ke dalam, dan melihat sebuah selimut tergeletak di tanah. Tapi yang menarik perhatiannya bukanlah selimut itu sendiri, melainkan tumpukan di bawahnya. Dia memanggil petugas lain untuk datang secepatnya, dan mereka menerobos sisa-sisa tembok.

Mereka memeriksanya, dan salah satu petugas dengan perlahan mengangkat selimut itu. Apa yang mereka temukan hampir sama mengerikannya seperti penelepon yang sudah meninggal itu.

Itu adalah mayat seorang gadis kecil.

Mereka segera menutup area tersebut dan teknisi TKP datang untuk menyelidikinya. Setelah beberapa waktu, petugas koroner datang dan membawa kedua mayat tersebut ke kamar mayat.

Beberapa hari kemudian, detail lainnya tentang kasus ini keluar. Aku sangat ingin mendengar apa yang ditemukan oleh petugas koroner dan polisi, dan temanku meneleponku untuk menceritakan kisah selanjutnya segera setelah dia mengetahuinya.

Penelepon telah meninggal karena (dan ini adalah istilah yang tepat yang digunakan temanku) kehilangan darah. Matanya juga tidak pernah ditemukan.

Gadis itu diidentifikasi sebagai Taylor Watherton, seorang gadis berusia sembilan tahun yang hilang lebih dari dua tahun lalu. Dia menghilang dari taman bermain setempat, dan dia terakhir terlihat mengenakan rok berlapis polkadot.

Aku tidak terlalu memikirkannya sampai aku menemukan poster orang hilang dengan fotonya. Dia adalah seorang gadis yang imut dan mungil, dengan rambut hitam yang tergerai sampai ke bahunya.

Saat aku melihat fotonya, aku tidak bisa berhenti memikirkan rok yang terakhir kali dikenakannya. Aku merasa seperti melewatkan sesuatu. Dan kemudian aku tersadar, dan aku hampir pingsan saat mengingat apa yang dikatakan penelepon itu kepadaku.

Penelpon: “Dia memakai rok kecil, dengan bintik-bintik hitam di atasnya. Rambutnya gelap, sekitar sebahu. “

Rupanya, petugas pemeriksa mayat memutuskan bahwa gadis itu telah mati tidak terlalu lama. Menurut dia, gadis itu meninggal tidak lebih dari sebulan. Meskipun penyebab kematiannya tidak dapat ditentukan dengan tepat, lehernya patah, dan itu bukan lagi post-mortem (pembedahan mayat segera setelah kematian).

Aku memberitahu temanku ketika aku pertama kali berbicara dengannya bahwa penelepon itu mengatakan rumah tersebut bukan miliknya. Temanku kemudian melakukan penyelidikan dan melaporkan kembali kepadaku sekitar waktu yang sama saat rincian lainnya dirilis.

Rumah itu milik seorang pria bernama Travis Quinnsly, yang baru-baru ini dilaporkan hilang. Dia rupanya memberitahu keluarganya bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Kanada, karena dia memiliki beberapa teman yang tinggal di sana dan bahwa mereka akan mengadakan ” pesta minggu pria”.

Namun, karena dia tidak kembali seperti yang dia rencanakan, keluarganya memutuskan untuk mengurusi rumah tersebut secara bergantian.

Saudaranya, Colby, adalah sang penelepon. Aku tahu dia seperti apa. Fotonya telah ditampilkan di berita beberapa kali sejak tubuhnya diidentifikasi bersama seorang gadis yang hilang itu. Dia adalah seorang pria muda, dengan rambut pirang stroberi lurus dan perawakan yang baik.

Setelah berbicara dengan temanku, aku mencari foto seperti apa rupa Travis sang pemilik rumah. Jika dia hilang, aku ingin setidaknya memiliki gambaran wajahnya yang dapat ku ingat sewaktu-waktu.

Aku kembali terkejut ketika melihat fotonya bersama sang kakak di salah satu akun media sosialnya, dengan caption “Bertemu lagi dengan kita Si Kembar”

Dia terlihat sangat persis seperti Colby.

There are things known and there are things unknown, and in between are the doors of perception ~

One thought on “Panggilan 911 Terburukku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
error: Alert: Konten Dilindingi !!