Nikushiba
Nikushiba adalah CreepyPasta Indonesia mengenai seseorang yang mencari sebuah restoran dengan sajian kuliner yang luar biasa Lezat

•••

Pekerjaanku adalah seorang Analis makanan. Berbagai negara sudah kudatangi dan berbagai sajian kuliner sudah kucoba dari yang mainstream hingga yang “unik”.

Terkadang aku juga menerima saran atau rekomendasi seseorang mengenai suatu tempat yang menyediakan makanan lezat. Contohnya seperti teman yang kutemui ketika berada di eropa, dia menyarankan aku untuk pergi ke suatu tempat yang menyediakan makanan super lezat.

Tempat tersebut tidak pernah terekspos publik namun sudah sangat terkenal dari mulut ke mulut, dan hanya orang tertentu saja yang bisa ke sana untuk mencicipi kulinernya. Temanku itu mengatakan…


“Tempat itu ada di Jepang, berliburlah ke sana dan singgah di Parawisata menuju Gunung Fuji, Di sana akan ada pemberhentian di daerah sebelum keluar dari area hutan lindung, turunlah di sana dan kau akan menemukan sebuah jalan setapak untuk masuk ke hutan. Ikuti jalan tersebut, dan jangan berhenti. Jika kau beruntung kau akan bertemu dengan seseorang.

Siapapun yang kau temui, kau harus menyapanya terlebih dahulu, dan katakan “NikuShiba“, orang tersebut pasti mengerti dan ia akan membawamu ke sebuah restoran dengan sajian kuliner yang luar biasa lezat dan budaya yang telah dijaga turun-temurun oleh mereka yang mengelola tempat tersebut.”


Tentu saja, mendengar hal tersebut membuatku sangat tertarik.

Hutan Aokigahara

Aku akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Jepang saat musim panas. Aku langsung pergi menuju ke tempat yang temanku sebutkan dan mengikuti semua petunjuknya.

Ternyata memang benar ada jalan setapak yang masuk ke dalam hutan tepat seperti yang dikatakan temanku. Aku mulai berjalan mengikuti jalan tersebut hingga tidak terasa 45 menit sudah berlalu.

Namun aku tidak menemukan siapa-siapa di sini. Hutan ini juga sangat sunyi, dan dikelilingi pohon-pohon besar nan lebat yang membuat pagi hari terasa menjelang petang. Aku mulai berpikir apakah temanku sedang mengerjaiku.

Jika ya. ini benar-benar konyol dan tidak lucu.

Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak, dan memakan sedikit perbekalan yang kubawa. Hingga tak beberapa lama aku melihat seorang pria tua yang sedang menarik gerobak. Aku pun langsung menghampirinya.

Aku menyapa dan mencoba berbicara kepadanya, namun pria tersebut seolah tidak mendengarku. Ia terus berjalan menarik gerobaknya tanpa memperdulikanku. Kemudian aku teringat oleh pesan temanku, dan langsung mengucapkan “NikuShiba“.

Pria tua itu langsung berhenti dan berbalik melihatku, ia kemudian tersenyum dan membungkukan badannya memberi hormat. Kemudian ia kembali menarik gerobaknya dan berjalan masuk lebih dalam ke hutan, aku pun memutuskan untuk mengikutinya.

Cukup lama aku mengikuti pria tua itu, kami berjalan tanpa ada yang berbicara satu patah katapun. Hingga aku terkejut melihat sebuah Paviliun yang sangat megah di ujung jalan. Tempat itu sangat terawat dan terasa sekali budaya Jepang yang mereka jaga di sini.

Pavillion Jepang


CreepyPasta Indonesia: Ladang Jagung


Pria tua itu kemudian merentangkan tangannya mempersilahkanku masuk ke dalam. Ia memintaku untuk duduk di sebuah bantal kecil di depan meja kayu yang cukup besar. Pria tua itu kemudian meninggalkanku.

“Apa mungkin ini tempat yang dimaksud temanku?” batinku.

Tak lama kemudian, banyak wanita muda Jepang yang sangat cantik masuk dan menyajikan berbagai makanan di atas meja. Mereka semua tersenyum manis, aku merasa sangat dilayani dengan baik seperti seorang tamu kehormatan.

Terlihat berbagai macam makanan di depan mataku. Sushi dengan berbagai bentuk yang indah, berbagai olahan makanan dari daging, bahkan ada Sake, dan masih banyak lagi.

Aku mencoba menanyakan beberapa hal mengenai tempat ini, namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaanku. Aku menduga mereka tidak mengerti bahasa inggris. Setelah menyajikan semua makanan yang mereka bawa, wanita-wanita itu keluar dan masuklah pria tua yang mengantarku tadi.

Ia membungkuk di depanku dan mengatakan, “NikuShiba”. Setelah itu ia pergi meninggalkanku.

Aku langsung melahap semua makanan yang ada di meja. Aku mencoba olahan daging yang mereka siapkan, aku seperti mengenal rasa daging tersebut. Namun masakan tempat ini benar-benar menambah cita rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dari gigitan pertama saja, sudah terasa kelezatan yang luar biasa. Berbagai cita rasa seolah melelah di lidah, dan dengan lembut masuk melewati tenggorokanku. Setiap gigitan benar-benar terasa nikmat, cita rasa yang membuat seorang analis makanan profesional sepertiku merasa tidak percaya.

Ini adalah makanan terlezat yang baru pertama kali kurasakan.

Tak beberapa lama setelah aku menghabiskan semua makanan yang ada di meja, pria tua itu masuk kembali. Aku bertanya “Apakah kau mengerti ucapanku?”.

Dia hanya menatapku dan tersenyum, sepertinya dia memang tidak mengerti. Namun bagaimanapun caranya, dunia harus tau tentang tempat ini. Setelah aku pulang aku harus menulisnya dan menyebarkannya agar semua orang datang ke sini.

Aku mencoba berkomunikasi lagi dengan pria tua itu. Aku mencoba menggunakan semua bahasa tubuh dan isyarat yang kubisa untuk menanyakan resep dan cara membuat semua makanan ini.

Untung saja, sepertinya pria tersebut paham maksudku. Dengan bahasa isyarat juga dia memintaku untuk beristirahat terlebih dahulu, dan nanti dia akan menunjukan resepnya.

Makanan Enak Jepang

Sore harinya ketika aku sudah puas beristirahat, pria tua itu mengajakku pergi untuk melihat resep dari semua masakannya. Dia dengan gerobaknya mengajakku masuk ke dalam hutan, kami berjalan cukup jauh dan langit kian gelap menyambut malam.

Pria tua itu kemudian menyalakan lampu minyak untuk melanjutkan perjalanan, dan saat itu tiba-tiba ia berkata “Tuan … Apakah anda dapat berjanji akan tetap menjaga rahasia tradisi kami?”

Aku terkejut dan bingung.

“ini adalah tradisi dan budaya kami, buyutnya-buyutku telah menjalankanya selama beberapa dekade secara turun-temurun. Restoran kami sudah berdiri lebih dari satu abad. Dan kami akan selalu menerima tamu dari manapun yang ingin merasakan makanan para Dewa.” ia menjelaskan.

“Jadi tuan… Bisakah kau berjanji mejaga rahasia tradisi kami?” tanyanya lagi

Dengan gugup aku mengangguk untuk berjanji.

Dia tersenyum, dan kami melanjutkan perjalanan hingga berhenti disebuah pohon besar. Aku melihat sekeliling tapi tak ada apapun.

“Semua daging olahan yang anda makan tadi, berasal dari sana, Tuan” ucapnya sambil menunjuk ke atas pohon.

Seketika itu juga aku merinding dan mematung melihat pemandangan yang ada di atas pohon tersebut, puluhan mayat bergelantungan di sana.

“Ja.. jadi tadi saya memakan daging-daging manusia?” tanyaku dengan gemetar.

Mayat-Mayat Bunuh diri

“Benar Tuan. Inilah cara kami menjaga tradisi yang ada di sini. Mayat-mayat tersebut adalah bekas orang-orang yang bunuh diri. Jiwa mereka tidak dapat di terima di sisi dewa, kecuali kita memakan tubuh mereka. Kita dapat membantu mereka dengan menuntun jiwa-jiwa itu ketika kita meninggal nanti. Begitulah tradisi turun-temurun yang kami jaga di sini.”

“Oh. Ja.. jadi begitu”

“Iya Tuan, Apakah ada yang salah?” tanya pria tua tersebut.

Aku terdiam sejenak dan terpikirkan sesuatu. Kemudian aku tersenyum kepada pria tua itu,” Tentu saja.. tidak!!! Pantas saja, ketika aku makan tadi aku merasa mengenali rasa daging itu. Ternyata ini daging yang sama yg pernah aku coba di Afrika.”

There are things known and there are things unknown, and in between are the doors of perception ~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
error: Alert: Konten Dilindingi !!