Ladang Jagung

CreepyPasta Ladang Jagung
CreepyPasta Indonesia

Sepertinya malam ini terasa lebih gelap dari biasanya, apa mungkin akan turun hujan. Padahal kami masih diperjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke rumah.

Aku seharusnya tidak mengikuti saran Lisia, pacarku. Dengan percaya dirinya dia berkata “Ikuti saja petunjukku, sekarang kau lurus dan di depan sana ada jalan pintas memotong hutan. Aplikasi peta ini tidak pernah salah” .

Emosiku cepat sekali tersulut jika mengingat hal itu. Seharusnya aku tidak pernah mempercayai sebuah aplikasi, mungkin lebih tepatnya aku tidak seharunya mengikuti ucapan seorang wanita. Mereka menyusahkan.

Dan sekarang di sinilah aku. Menyetir mobil di gelapnya hutan yang sudah pasti meminimalisir jangkauan pandanganku. Aku sempat berpikir apakah akan ada perampok atau semacamnya di wilayah yang nampaknya jauh dari kehidupan manusia ini.

Menanjak, menurun, berliku-liku jalan terasa tak ada habisnya, hingga aku melihat secercah cahaya harapan di ujung jalan. Benar saja, kami akhirnya bisa lepas dari hutan itu dan keluar di sebuah jalan dengan hamparan ladang jagung yang sangat luas.

“Oh, Ya Tuhan!”aku mengumpat ketika menatap langit yang mulai menurunkan bulir-bulir air dari atas sana. “Semoga saja ini semua akan menjadi lebih buruk lagi .. Iya kan, Lisia?” ocehku menatap pacarku.

Ia terlihat menyesal, tapi, aku kesal dan benar-benar tidak dapat mengontrol emosiku dengan semua kejadian yang hari ini telah kualami.

“Datang ke konser terlambat, dan terpaksa membeli tiket dari calo dengan harga 3x lipatnya, kemudian pulang larut malam karena ada orang bodoh yang memarkir mobilnya di depan mobil kita. dan sekarang terseret ke hutan kemudian ditemani dengan indahnya hujan badai sial ini…..” ocehku lagi.

“Aku sangat berharap masih banyak kesialan yang akan menimpa kita agar hari ini terasa semakin sempurna” tambahku kali ini dengan senyuman sarkasme.

“Blam!!!”

Terdengar suara seperti sesuatu yang pecah, dan sepertinya itu ban mobilku. Aku berhenti di tepi jalan, dan memeriksa keluar. Ternyata benar saja, ban mobilku pecah, dan sialnya lagi aku tidak membawa ban cadangan.

Aku menendang mobilku dengan sekuat tenaga “Ban BRENGSEK!!!”

Lalu “Duarrrrr!!!” mesin mobilku mengeluarkan asap.

“Bagus. sekarang mesin mobilku meledak karena kepanasan. Sungguh hari yang menyenangkan” batinku dengan senyuman jijik.

 

Ladang Jagung

 

Sekilas aku melihat Lisia, wajahnya menunjukan ketakutan. Aku kemudian memperhatikan sekelilingku, dan asap dari sebuah cerobong rumah tua menarik perhatianku. Aku segera mengajak pacarku keluar dari mobil, melindunginya dengan mantelku agar tubuhnya tak basah karena hujan.

Kami berjalan menuju rumah tua tersebut, Lisia terus berkata bahwa ia takut, tapi apa boleh buat, kami tak punya pilihan lain. Tidur di dalam mobil dalam cuaca yang mengerikan seperti ini bukanlah ide yang bagus.

Untungnya lampu di rumah tersebut masih menyala terang, akupun mengetuk pintu rumah itu beberapa kali, berharap secepatnya ada seseorang yang menyambut kami karena aku sudah mulai kedinginan.

Setelah beberapa kali ketukan tanpa hasil, aku mencoba mengetuknya sekali lagi, dan tiba-tiba “kreekkk” suara derit pintu yang dibuka pun terdengar. Disana berdiri seorang pria tua yang menatap kami dengan bingung, “Ada yang bisa kubantu?” katanya.

“Maaf mangganggu malam-malam begini pak. Kami tersesat. Bolehkah kami menumpang di sini sampai besok untuk mencari bantuan.” ucapku memelas.

“Hmm..” jawabnya sambil menatap kami. “Baiklah, di rumah tua ini aku hanya memiliki sedikit makanan, jika kalian tidak keberatan silahkan masuk.” lanjutnya.

“Tidak masalah, terima kasih banyak pak” jawabku senang.

Pria tua itu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan, kami dipersilahkan untuk duduk di meja makan. “Oh iya, aku memiliki sedikit sisa daging di kulkan, aku akan menyiapkannya juga untuk kalian” kata pria tua itu dengan ramah.

“Ah. tidak perlu repot-repot pak …” ucapku menolak karena tidak enak, tapi pria tua itu memotong kalimatku “Aku memaksa anak muda, haha” katanya sambil tertawa.

Tak beberapa lama, dia datang ke meja makan dengan membawa sepiring daging panggang serta sup yang sangat menggugah selera. Aku mencicipinya dan ternyata masakan pria tua ini sangat lezat.

Tapi anehnya, pacarku Lisia terlihat tidak menyukainya. ia hanya mendiamkan makanannya tanpa menyentuhnya sedikit pun. Hingga aku harus sedikit memaksanya untuk makan agar menghargai pria tua tersebut.

 

Creepy Food


CreepyPasta Indonesia: Panggilan Telepon Misterius


Selesai makan malam, pria tua tersebut mulai menceritakan kehidupannya, mulai dari bagaimana istrinya meninggal 10 tahun yang lalu, anaknya yang pergi merantau ke kota hingga akhirnya dia harus mengurus ladang jagung luas tersebut seorang diri.

Ceritanya membuatku iba. Aku berkata bahwa jika kami ada waktu senggang, kami sesekali akan datang ke sini lagi untuk membantunya mengurus ladang.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk beristirahat, Lisia diantar ke kamar anak pria tua tersebut, sedangkan aku memilih tidur di sofa, sementara pria tua itu tidur di kamarnya di lantai atas.

“Tony .. tony” terdengan suara berbisik yang memanggil namaku. Aku terbangun dan ternyata di Lisia yang membangunkanku.

“Ayo kita pergi sekarang!!!” katanya sambil menarik tanganku.

“Hah?”responku bingung. “Jangan bercanda. Ini masih larut malam” ucapku

“Aku takut!!! aku tidak suka dengan tempat ini. Ayo kita pergi!!!” ucapnya Lisia gemetar.

“Hei ada apa denganmu? Ayolah kekasihku yang lugu, ini tidak seperti adegan di film-film horor. Tenang saja yah, besok kita akan pergi, untuk sekarang di sini lebih aman.”

“Aku takut dengan rumah ini Tony. Terutama dengan pria tua itu!!!” ucapnya berbisik

“Dia pria tua yang ramah kok. dia hanya kesepian.” jawabku menenangkannya.

Tiba-tiba lampu menyala, dan di belakang Lisia berdiri pria tua itu menatap kami dengan sebuah golok besar di tangannya.

“WTF.. sejak kapan dia ada di sana” batinku

Lisia langsung berlari ke belakangku dan memegang pundakku dengan kuat karena terkejut dan ketakutan. akupun ikut merinding memperhatikan golok di tangan pria tua tersebut.

“Ma .. maaf pak. Apa kami membangunkan anda?” jawabku gemetar.

Pria itu tidak menjawab beberapa saat, dan kemudian tersenyum lalu melempar goloknya ke meja. “Aku pikir ada perampok, jadi aku membawa golok itu untuk berjaga-jaga. Maaf jika aku sudah menakuti kalian” jawabnya.

Pria tua itu kemudian berjalan kembali ke kamarnya di lantai atas. Aku menatap Lisia dan kembali meyakinkannya “Lihat kan? dia adalah pria tua yang ramah, dan tidak seperti psikopat yang ada di film” ucapku dengan lembut.

Teriliha wajah Lisia yang sedikit kesel namun ia berusaha mengerti dan kembali ke kamarnya kemudian menutup pintunya dengan keras.

 

CreepyPasta Indonesia

 

Pagi harinya, Aku dan Lisia segera berpamitan dan berterima kasih dengan pria tua tersebut, ia pun membalas dengan ramah dan senyuman yang selalu ia perlihatkan.

Setelah itu kami berjalan menuju ke jalan raya untuk menunggu bus.  Entah kenapa Lisia terlihat lebih diam dan murung hari ini, mungkin ia masih ketakutan dengan kejadian salah paham kemarin malam.

Akhirnya bus pun datang dan kami masuk ke dalam. Tapi sopir bus itu menatap kami dengan bingung, “Kalian baru saja keluar dari rumah si Tua Arnold?” tanyanya

“Si Tua Arnold? jika yang kau maksud adalah pria tua di rumah itu, maka Ya, kami semalam menginap di sana.” jawabku.

Mendengar jawaban kami, wajah sopir itu langsung pucat. “Ya Tuhan!, bagaimana bisa? Apa kau tak tahu mengenai si Tua Arnold itu?” jawabnya dengan sedikit berteriak karena panik.

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh supir itu, tapi Lisia mulai gemetar dan terus menerus menatap ke bawah.

“Sepertinya kalian belum mendengar beritanya..” ucap supir tersebut. “si Tua Arnold diberitakan telah membantai semua keluarganya dengan keji menggunakan golok untuk menggorok leher mereka. Daging mereka kemudian dimasukan ke dalam kulkasnya untuk ia konsumsi.. ” 

“… dan kau tau yang lebih mengejutkannya? seminggu kemudian ia ditemukan gantung diri di rumahnya, dan hampir 10 tahun rumah itu kosong” jelas supir tersebut dengan raut wajah ketakutan.

Mendengar hal itu, jantungku rasanya berhenti berdetak. “Ta.. tapi itu tidak mungkin” jawabku merinding “Ada pria tua yang menyambut kami dengan ramah di sana, aku memang tidak bertanya namanya, tapi ia berjanggut dan ..” 

“.. berkacamata bulat” potong sopir bus itu “Demi Tuhan!!! itu lah si Tua Arnold, kau pasti bertemu hantunya!” lanjut si sopir sambil menancap gas membawa kami meninggalkan rumah tersebut

Lisia menarik lenganku dan menatapku dengan tajam. “Sopir itu mengatakan yang sebenarnya Tony! Pak tua itu sudah meninggal, dan yang kau makan kemarin adalah daging sisa dari anak dan istrinya yang sudah membusuk. Kau terlalu dibutakan dengan kelaparanmu semalam!” ucap Lisia dengan nada tinggi.

“Aa.. apa katamu?” ucapku gemetar dan perut yang mulai mual. “Kau tahu semuanya darimana?” 

“Semalam, di kamar itu. Aku bertemu dengan anak dan isterinya, mereka berkata .. LARILAH NAK!!! SEBELUM KAU BERNASIB SAMA SEPERTI KAMI!!!” 

There are things known and there are things unknown, and in between are the doors of perception ~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
error: Alert: Konten Dilindingi !!