–Terjebak di Kantor– Jam menunjukan pukul 20.19, dan lagi-lagi aku lah orang terakhir di kantor. Tapi bukannya pulang, aku malah berdiri di depan pintu lift sambil menggenggam sekotak penjepit kertas.
“Hey, ikut naik nggak?” Tanya John yang sedang menahan pintu lift untukku. Di belakangnya ada Sarah, Susan dan Taylor. Wajah mereka tampak lelah setelah seharian bekerja.
Pertama kali ini terjadi aku ingin berkata iya, namun aku teringat akan berat badanku, sehingga aku berubah pikiran. Jadi aku menjawab “Tidak terima kasih, aku turun lewat tangga saja.”
Namun untuk kali ini, aku diam, tak berkata apa-apa.
“Terserah deh,” ucap John tiba tiba, seolah tadi aku mengatakan sesuatu. Ia melepaskan tangannya yang menahan pintu. dan lift pun tertutup perlahan. Namun sebelum sepenuhnya tertutup, aku sempat melemparkan sekotak penjepit kertas yang kugenggam tadi ke dalam.
Terlihat benda tersebut terlempar ke pojokan, tutupnya terbuka dan membuat penjepit kertas didalamnya terlempar berserakan di lantai. Selanjutnya, disinilah aku. Sendirian lagi.
Tak seorang pun yang ada di lift berpikir bahwa kelakuanku aneh. Mereka malah tidak sadar. Memang sih aku sudah melakukan percobaan ini berkali-kali, jadi mungkin mereka sudah tidak heran. Begitu juga denganku yang tidak heran ketika melihat kotak penjepit yang kulempar tadi, kembali muncul di atas meja kerjaku dalam keadaan baru seperti belum tersentuh.
Aku juga sudah melakukan berbagai percobaan lain, namun hasilnya sama saja. Aku sudah berteriak, memohon bahkan menarik tangan John, tapi hasil akhirnya tetap sama. Mereka tak merespon, dan kemudian semuanya akan terulang lagi. Aku akan terjebak di kantor dan berakhir sendirian, setidaknya hingga lift tersebut terbuka dengan John yang akan mengajakku untuk naik lagi seperti sebelumnya.
Sekarang aku sudah lelah mencoba hal ini terus-menerus. Tak ada yang bisa kulakukan, Telepon, Radio, bahkan Alarm kebakaran semuanya tidak berfungsi. Semua komputer mati. Aku juga menemukan sebuah novel romansa tersembunyi di laci meja Sarah. Namun aku sudah tahu jalan cerita novel tersebut, toh aku sudah membacanya hampir tiga puluh kali.
Bagaimana dengan tangga?. Ya, aku sudah mencobanya juga. Namun mau naik ataupun turun, setiap pintu yang kumasuki akan membawaku kembali ke ruangan ini lagi, di lantai 37. Dan tentu saja aku bisa bergabung dengan rekan-rekan kerjaku yang ada di dalam lift tersebut.
Aku jadi teringat saat aku kecil dulu. Waktu itu aku memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar mengenai lift, dan aku mendapatkan informasi bahwa ternyata kecelakaan lift adalah kecelakaan yang sangat langka terjadi. Kalau lift termasuk dalam kategori transportasi, mungkin lift adalah transportasi teraman di dunia. Karena menurut logika, lift tak akan bisa tiba-tiba jatuh tanpa sebab. Bahkan kemungkinan kau mati akibat jatuh dari tangga 1000 kali lebih besar daripada di lift.
Tapi walaupun aku mengetahui semua fakta itu, aku juga mengetahui satu fakta lainnya; yaitu, setiap kali lift di kantorku ini turun, dan kutekankan telingaku pada pintunya, di sana aku dapat mendengar samar-samar suara jeritan para rekan kerjaku bergema di lorong jalur lift.
Dan itulah mengapa waktu di sini selalu menunjukkan pukul 20.19. Karena mungkin seharusnya aku ikut mati bersama mereka.
Ah baiklah, lift nya sudah tiba lagi di lantai ini.
“Hey, Ikut naik nggak?” Tanya John.
Sekarang aku sadar, sepertinya aku harus berkata iya.
Jadi dia nggak bisa pulang dan harus ikut mati sama teman temannya ya??