Di negeri ginseng, Korea Selatan, sudah menjadi hal yang wajar jika para pelajar pulang larut malam karena harus mengikuti serangkaian ekstrakulikuler agar mereka dapat bersaing dan menonjol secara akademik.
Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang pada suatu malam terpaksa berada di sekolah karena harus belajar kelompok dengan teman – temannya. Ruangan yang mereka gunakan menjadi satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala, samar-samar menerangi lorong gelap gulita di depannya.
Setelah beberapa saat belajar, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak, mengistirahatkan pikiran mereka yang penat. Sang gadis memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar, ia terpaksa menelusuri lorong yang gelap hanya dengan penerangan dari ponselnya.
Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, gadis inipun memutuskan untuk segera kembali ke ruang kelas. Dan saat itulah ia terkejut mendengar jeritan histeris dari teman-temannya. Namun anehnya, jeritan tersebut hanya berlangsung beberapa saat, hingga akhirnya kembali sunyi senyap.
Sang gadis tau bahwa ada sesuatu yang tidak beres, keheningan yang ia rasakan saat ini bukanlah suasana hening yang normal, ada perasaan mencekam dan ngeri yang membuat siapapun yang merasakannya merinding seketika.
Dengan mengendap-endap ia berjalan kembali ke kelas. Nafasnya memburu ketakutan, namun ia tetap berusaha untuk tak membuat suara sekecil apapun. Setibanya di depan ruang kelas, perlahan-lahan ia mengintip ke dalam.
Hampir saja ia berteriak ketika melihat teman-temannya terkapar di lantai dengan muka berlumuran darah, ditambah dengan sesosok wanita mengerikan yang berdiri di tengah-tengah mereka. Wanita tersebut mengenakan gaun putih dengan rambut hitam panjang yang seolah tak kesulitan menutupi mulutnya yang menganga lebar.
Sang gadis tersadar akan sosok mengerikan tersebut, ia pernah mendengar sebuah cerita mengenai hantu yang akan menyerang para siswa di tengah malam dan mengambil bola mata mereka untuk dijadikan makanannya.
Mengetahui tak memiliki kesempatan untuk kabur, sang gadis memilih untuk menyelinap ke dalam dan membaur dengan mayat teman-temannya. Ia mengoleskan darah ke bola matanya, dan berpura-pura mati. Menunggu agar hantu tersebut segera pergi.
Ia dapat mendengar hantu tersebut bergerak mengelilingi ruang kelas, dan mendekati mayat teman-temannya satu persatu. Dengan suara lirih hantu tersebut mulai menghitung “satu… dua… satu… dua…” bersamaan dengan jarinya-jarinya yang tajam mencungkil bola mata korbannya.
Sang gadis tetap tak bergerak selama hal tersebut berlangsung. Namun setelah beberapa saat hantu itu tak juga berhenti menghitung, “satu… dua… satu… dua…”. Ia mulai merasa cemas dan heran mengapa hantu wanita itu tak kunjung pergi.
Ia ingin sekali membuka matanya dan melihat apa yang sebenarnya terjadi, tetapi di sisi lain ia juga sangat ketakutan membayangkan apa yang akan dilihatnya nanti.
Waktu terus berlalu, namun hantu itu masih belum berhenti menghitung, sehingga didorong dengan rasa penasaran yang semakin besar, sang gadis akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri membuka matanya.
Dan akhrinya ia dapat melihat sang hantu yang ternyata sudah berada di depan wajahnya dengan mulut yang mengangan lebar. Mata mereka yang saling bertemu, seolah membekukan sang gadis hingga ia tak dapat berteriak bahkan menutup matanya kembali.
Meskipun mulutnya menganga lebar, entah bagaimana hantu itu tetap dapat menghitunng, “satu… dua… satu… dua…”, seraya jari-jari tajamnya menunjuk ke bola mata sang gadis secara bergantian. Dengan sekuat tenaga, sang gadis akhirnya dapat berteriak, ia menutup matanya dan menjerit histeris, hingga sesaat kemudian ia kehilangan kesadaran.
CreepyPasta Indonesia: Catatan Tempel
Sang gadis terbangun di tempat tidurnya dengan nafas tersengal-sengal dan tubuh yang basah oleh keringat. Ia langsung meraba kedua matanya, memastikan bahwa mereka masih berada pada tempatnya dan semua yang ia alami hanyalah mimpi buruk.
Setelah sadar dari keterkejutannya, ia tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang ketakutan setengah mati hanya karena sebuah mimpi. Setelah menenangkan diri, ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya, namun beberapa saat ia berpikir, mengapa orang tuanya tidak ada yang mendengar ketika ia berteriak?
Namun ia menganggap bahwa ia mungkin berteriak di dalam mimpi, dan bukan sungguhan. Jadi ia segera menarik selimutnya kembali dan memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu. Tapi saat itu, ia tiba-tiba merasa aneh.
Mengapa selimutnya terasa seperti terbuat dari bulu? Dengan keadaan masih memejamkan mata, sang gadis mulai merasakan perasaan tidak nyaman, pikirannya mulai membayangkan semua mimpi buruk yang baru saja ia alami.
Dengan mengumpulkan keberanian yang ia miliki, ia mencoba mengintip dari sudut matanya.. dan yang ia lihat adalah sesosok kepala wanita berambut hitam panjang yang menyelimuti kakinya. Mata hantu itu tepat lurus menatap sang gadis.
Mulut hantu itu kemudian terbuka dan menganga lebar, sampai akhirnya suara teror yang ia alami dalam mimpinya mulai terdengar kembali, “satu… dua… satu… dua…”