Misteri Kasus Orang Hilang di Indonesia
Beberapa organisasi HAM dan para keluarga dari korban orang hilang secara misterius ini masih terus menuntut pemerintah terutama Presiden Joko Widodo untuk merealisasikan janjinya mengenai penyelesaian kasus mereka dan memberikan kejelasan mengenai nasib orang-orang tersebut.
Namun muncul kekhawatiran bahwa kasus orang hilang di Indonesia ini tidak pernah terpecahkan karena penyelesaian yang berlarut-larut, terutama untuk 13 aktivis politik yang hilang secara misterius pada tahun 1997-1998.
Tetapi, hal tersebut dibantah oleh, Ifdhal Kasim, (Pejabat Kantor Staf Presiden bidang HAM), yang mengatakan;
“Sekarang, sikap politik pemerintahan adalah kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Untuk ke-13 aktivis yang hilang, kami telah meminta kepada Kapolri untuk kembali memastikan keberadaan mereka. Jika memang pencarian sudah dilakukan serta telah diklarifkasi dan sebagainya namun tetap tidak ditemukan, maka tetap harus ada pernyataannya.”
Banyak yang menanyakan mengenai target dan waktu penyelesaian kasus orang hilang tersebut, dan Ifdhal menjawab. “Kami usahakan sudah terselesaikan sebelum masa pemerintahan ini berakhir”
Selain kasus hilangnya 13 aktivis politik, ada juga kasus orang hilang di Indonesia yang masih menyimpan banyak misteri, beberapa diantaranya seperti:
- Peristiwa pembantaian 1965 – 1966
- Pendudukan Indonesia di Timor Leste sejak 1975-1999
- Peristiwa Tanjung Priok 1984
- Kasus Petrus 1982-1985
- Kasus Talangsari 1989
- Hingga masa Darurat Militer di Aceh 2003-2004
⇒ Baca juga: 7 Kasus Orang Hilang Paling Misterius di Dunia
Data resmi dari Komnas HAM serta beberapa lembaga hak asasi manusia mencatat adanya , sekitar:
- 32.774 orang Indonesia yang hilang pada peristiwa 1965
- 18.600 orang menurut KKP Timor Leste
- 23 orang pada peristiwa Tanjung Priok
- 23 orang pada kasus Petrus
- 88 orang hilang secara paksa pada kasus Talangsari
- 1935 orang pada masa darurat militer Aceh
Selain itu, 6 kasus orang hilang di Indonesia juga terjadi di Wasior, serta terjadi juga pada tahun 2013 yang menimpa Dedek Khairudin.
Kasus Dedek Khirudin ini juga tidak kalah mengerikan karena ia hilang secara misterius sejak dijemput oleh 9 orang anggota Intel Korem 011 Lilawangsa, Sumatera Utara, di rumahnya.
Diketahui ada sembilan pelaku yang terlibat dalam kasus Dedek Khairudin, dua dari mereka telah dijatuhi hukuman yang menurut banyak orang sangat tidak setimpal, yaitu hukuman 1 tahun dan 1.5 tahun, sedangkan keberadaan Dedek masih belum diketahui hingga hari ini.
Selain itu, salah satu penuntut kejelasan mengenai orang-orang Indonesia yang hilang secara paksa lainnya adalah Wanmayetty. Ia adalah anak dari seorang ayah yang sampai sekarang hilang dan tak jelas bagaimana nasibnya sejak peristiwa Tanjung Priok 1984.
Wanmayetty yang juga menjabat sebagai Ketua IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia) menutut Presiden Jokowi agar segera memenuhi janjinya untuk membentuk tim pencari orang-orang yang diduga hilang secara paksa.
“Semuanya berawal dari pencarian. Kami sebagai keluarga korban ingin adanya kejelasan, dan hal itu harus diawali dengan pencarian. Karena tidak mungkin ada pengadilan tanpa adanya bykti autentik dari pencarian, pertemuan dan kejelasan.” kata Wanmayetty
Kisah memilukan lainnya juga datang dari Alberto Muhammad, salah seorang anak dari 4.000 anak Timor Leste yang secara paksa dipisahkan dari keluarga mereka.
Ia menangis sejadi-jadinya ketika ia bertemu dengan Markita Ximenes, sang kakak yang telah berpisah dengannya selama 32 tahun.
Presiden Jokowi sendiri mengatakan bahwa penyelesaian kasus orang-orang hilang di Indonesia ini sebagai salah satu hal yang sulit terlebih lagi ditengah situasi politik yang membutuhkan negosiasi dan stabilitas.
Peneliti Amnesty International, Papang Hidayat, mengatakan;
“Akan ada banyak solusi-solusi alternatif yang bisa diambil dalam upaya menyelesaikan persoalan tersebut. Ada banyak sarana yang dapat memenuhi rasa keadilan para korban, seperti dukungan secara terbatas pada kerja KKR di Aceh, sehingga mereka dapat mendengarkan sebanyak mungkin pengalaman korban termasuk keluarga dari orang-orang yang hilang
Selian itu, kita juga dapat bekerja sama dengan kelompok HAM Timor Leste yang didukung oleh Komnas Ham tiap negara agar dapat melakukan pencarian anak-anak yang hilang dan memberi fasilitas serta dukungan untuk bertemu dengan keluarganya. Tentunya Pemerintah Jokowi dapat memperbesar upaya tersebut. “
Papang mencotohkan, misalnya sekarang baru terdata 200 anak Timor Leste yang dibawa ke Indonesa kemudian 100 diantaranya berhasil dikembalikan ke keluarganya, maka dengan bantuan pemerintah, proses pendataan tersebut dapat diperbesar hingga 10 kali lipatnya.
Dan jika takut akan risiko politik, hal tersebut sebaiknya tidak perlu dibesar-besarkan kepada publik.