Pada tanggal 20 Februari 1959, terjadi sebuah kasus hilangnya 9 dari 10 pendaki secara misterius di Pegunungan Ural, Rusia, dan para korbannya adalah kelompok pendaki yang sudah berpengalaman.
Tim pencari yang juga berisikan polisi dan tentara turut mencari keberadaan mereka, hingga pada akhirnya apa yang mereka temukan menjadi sebuah tragedi paling misterius sampai sekarang, yang dikenal dengan sebutan, Insiden Dyatlov Pass.
Misteri Dyatlov Pass diawali dari sebuah kelompok yang sengaja dibentuk untuk melakukan ekspedisi melintasi pegunungan Ural bagian utara, Oblast Sverdlovsk. Di bawah pimpinan Igor Dyatlov, tim tersebut berisikan total 10 orang dengan 8 pria dan 2 wanita yang sebagian besar berasal dari lulusan Ural Polytechnical Institute (sekarang – Ural Federal University).
• Igor Alekseievich Dyatlov, pemimpin kelompok (umur 23)
• Yuri Nikolaievich Doroshenko (umur 21)
• Lyudmila Alexandrovna Dubinina (umur 20)
• Yuri Alexeievich Krivonishenko (umur 23)
• Alexander Sergeievich Kolevatov (umur 24)
• Zinaida Alekseevna Kolmogorova (umur 22)
• Rustem Vladimirovich Slobodin (umur 23)
• Nicolai Vladimirovich Thibeaux-Brignolles (umur 23)
• Semyon Alexandrovich Zolotaryov (umur 38)
• Yuri Yefimovich Yudin (tidak ikut karena sakit), – meninggal pada tanggal 27 April 2013 (umur 75)
Misteri insiden Dyatlov Pass
Mereka memulai perjalanan pada tanggal 27 Januari 1959, dengan tujuan mencapai Otorten, sebuah gunung yang terletak 10 km ke arah utara dari lokasi kejadian. Rute yang harus mereka lalui adalah rute kategori III atau yang paling sulit.
Sebelum berangkat, salah satu anggota mereka Yuri Yefimovich Yudin terpaksa harus kembali karena sakit. Sehingga total anggota yang melanjutkan perjalanan ada 9 orang. Ia menjadi satu-satunya orang yang selamat dari tragedi mengerikan ini.
Mereka tiba di tepi hutan daerah dataran tinggi pada tanggal 31 Januari dan mulai bersiap untuk mendaki. Di dalam hutan mereka mengumpulkan lebih banyak makanan dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Kemudian pada tanggal 1 Februari, menurut catatan, para pendaki berencana melewati sebuah celah gunung dan berkemah pada malam berikutnya disisi yang berlawanan.
Namun cuaca ternyata tidak bersahabat, badai salju yang datang membuat visibilitas menurun drastis sehingga menyebabkan mereka tersesat dan menyimpang ke arah barat, menuju puncak Kholat Syakhl. Setelah sadar kehilangan arah, mereka memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan kemah.
* Kholat Syakhl dalam bahasa Rusia dikenal juga dengan “The Dead Mountain” (Gunung Kematian)
Sebelumnya, para pendaki diprediksi akan kembali pada tanggal 11 Februari 1959. Namun, sebelum memulai pendakian, ketua tim mereka, Igor Dyatlov mengirimkan sebuah telegraf kepada Yuri Yudin bahwa perjalanan mereka mungkin akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Namun ternyata kabar dari para pendaki tidak kunjung datang hingga tanggal 20 Februari 1959, para keluarga pun akhirnya menuntut untuk segera dilakukan operasi penyelamatan. Pencarian yang dilakukan mencangkup para mahasiswa, dosen, polisi bahkan pasukan Militsiya yang juga di dukung dengan beberapa pesawat dan helikopter.
Setiap harinya operasi pencarian terus dilakukan, karena jejak korban yang sudah tertimbun salju maka pencarian juga berjalan semakin sulit, hingga pada tanggal 26 Februari 1959 tim pencari menemukan beberapa tenda yang sudah rusak parah di Kholat Syakhl.
Dari sinilah keanehan mulai terjadi. Tenda yang ditemukan memang rusak, namun kerusakan terjadi dari dalam dan bukan dari luar tenda. Selain itu, terdapat 9 set sepatu yang ditinggal di dalam tenda. Penemuan ini tentunya membingungkan, mengapa tenda para pendaki bisa rusak dari dalam dan mengapa juga mereka berjalan keluar dengan bertelanjang kaki.
Dengan mengikuti jejak yang ada, Tim pencari berjalan menuju hutan dan akhirnya menemukan 2 dari 9 orang pendaki yang hilang, yaitu:
1. Yuri Alexeievich Krivonischenko (umur 23), dan
2. Yuri Nikolaievich Doroshenko (umur 21)
Mereka berdua ditemukan di dekat pohon cedar setinggi 5 meter yang cabang-cabangnya sudah rusak dan hanya mengenakan pakaian dalam. Dilihat dari kondisi pohon yang ada di dekat mereka, bisa disimpulkan bahwa para korban sebelumnya berusaha memanjat pohon tersebut, entah untuk mencari kamp mereka, atau juga untuk bersembunyi menghindari sesuatu, atau seseorang?
Tidak jauh dari sana, tim pencari menemukan 3 mayat lagi, yaitu:
3. Igor Alekseievich Dyatlov, pemimpin kelompok (umur 23)
4. Zinaida Alekseevna Kolmogorova (umur 22), dan
5. Rustem Vladimirovich Slobodin (umur 23)
Posisi mayat mereka terlihat seperti ingin kembali ke tenda dalam keadaan yang terburu-buru. Mereka bertiga ditemukan terpisah dengan jarak 300, 480 dan 630 meter dari pohon. Yang lebih anehnya lagi, hasil otopsi menyatakan bahwa semua mata mereka buta, dan bahkan salah satunya mengalami retak di tengkorak.
Sisa 4 korban lainnya baru berhasil ditemukan setelah 2 bulan pencarian, yaitu tepatnya pada tanggal 4 Mei 1959. Mayat mereka ditemukan tertimbun salju sedalam 4 meter, dan lokasinya 75 meter dari hutan pohon cedar tempat mayat sebelumunya ditemukan.
6. Lyudmila Alexandrovna Dubinina (umur 20),
7. Alexander Sergeievich Kolevatov (umur 24),
8. Nicolai Vladimirovich Thibeaux-Brignolles (umur 23), dan
9. Semyon Alexandrovich Zolotaryov (umur 38)
Keempat mayat ini ditemukan dengan pakaian yang lebih “lengkap”, dan terlihat pakaian milik para korban di pencarian pertama dikenakan oleh mereka. Seperti, Zolotaryov yang memakai topi dan mantel bulu imitasi milik Doroshenko, sementara kaki Dubinina terbungkus sepotong celana wol milik Krivonischenko.
Meskipun ditemukan dengan pakaian yang lebih lengkap, namun kondisi mereka tidak lebih baik dari teman-temen mereka sebelumnya. Nicolai ditemukan dengan tulang tengkorak yang hampir pecah, lalu Alexander dan Zolotaryov mengalamin patah tulang rusuk dan luka parah di bagian dada, luka tersebut di diagnosa sama seperti tertabrak mobil dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan Dubinina ditemukan dengan kondisi yang lebih mengerikan, yaitu hilangnya kedua bola mata, sebagian lidah dan bagian bibirnya, serta jaringan wajah dan fragmen tulang tengkorak. Misteri lainnya yang ditemukan oleh tim pencari adalah sebuah kamera yang ada di leher Zolotaryov. Kamera ini ternyata tidak masuk ke dalam daftar peralatan yang mereka bawa, namun sayangnya, setelah diperiksa film dari kamera tersebut rusak oleh air.
Banyak spekulasi yang muncul mengenai misteri kematian 9 pendaki gunung tersebut. Salah satunya adalah dugaan bahwa orang-orang Mansi yang merupakan suku asli di sana, menyerang dan membunuh para pendaki tersebut karena melewati batas tanah mereka.
Namun setelah penyelidikan lebih lanjut ternyata tidak ada indikasi bahwa hipotesis ini benar. Karena yang ditemukan hanyalah jejak-jejak yang tidak menunjukan adanya pertengkaran antar kelompok pendaki dan suku Mansi.
Teori lainnya adalah serangan beruang yang membuat mereka panik hingga berlari ke luar tenda dengan terburu-buru, kemudian beberapa dari mereka memilih memanjat pohon untuk menyelamatkan diri. Hal ini memang menjelaskan bagaimana cabang-cabang pohon tersebut bisa rusak, namun lagi-lagi teori ini dipatahkan karena tidak ditemukannya luka atau trauma akibat beruang di mayat korban.
Kemudian ada teori lain yang cukup terkenal yaitu bahwa tragedi tersebut adalah kecelakaan militer. Terdapat catatan mengenai “Ranjau Parasut” yang pada masa kini dikenal dengan sebutan “Blockbuster Bomb”, dan sedang diuji oleh militer Rusia di daerah sekitar waktu pendaki berada di sana.
Blockbuster bomb dapat meledak satu sampai dua meter sebelum menyentah tanah dan dapat menghasilkan kerusakan yang persis seperti yang dialami oleh para korban, yaitu kerusakan organ internal yang parah dengan trauma fisik yang minim.
Ada juga laporan dari beberapa saksi mata yang melihat bola bercahaya di langit sekitar tempat kejadian, dan ini diduga akibat dari persenjataan militer kala itu. Teori tersebut juga didukung setelah percobaan peledakan menggunakan hewan yang matinya nyaris persis dengan beberapa korban, yaitu mata, bibir, lidah dan beberapa bagian tubuhnya hilang.
Teori ini juga didukung dengan hilangnya beberapa file mengenai insiden Dyatlov Pass yang diduga akibat dari tekanan pemerintah Rusia untuk menghilangkan file-file yang mencurigakan. Hingga akhirnya pada tahun 1990-an file-file Dyatlov Pass dirilis dengan cara tertentu kepada publik, namun dalam bentuk file yang sudah tidak lengkap.
Di bawah ini adalah beberapa bagian investigasi dari berkas pemeriksaan yang dilakukan oleh para wartawan:
• Enam anggota kelompok meninggal karena hipotermia dan tiga luka fatal.
• Tidak ada indikasi orang lain di dekat Kholat Syakhl selain dari kelompok pendaki.
• Tenda itu telah dibuka dari dalam.
• Korban telah meninggal 6 sampai 8 jam setelah makan terakhir mereka.
• Dokumen yang dirilis tidak berisi informasi tentang kondisi organ internal para pendaki.
• Tidak ada korban selamat dari kejadian tersebut.
• Jejak dari kamp menunjukkan bahwa semua anggota meninggalkan perkemahan dengan kemauan sendiri dan dengan berjalan kaki.
• Untuk menghilangkan teori serangan oleh orang-orang asli Mansi, Dr. Boris Vozrozhdenny menyatakan bahwa luka fatal dari ketiga mayat tersebut tidak mungkin disebabkan oleh manusia, “karena kekuatan pukulan untuk menyebabkan patah tulang dan rusuk separah itu haruslah sangat kuat“.
Pada kesimpulan oleh jurnalis dari penelitian tersebut, semua anggota kelompok tampak meninggal karena kekuatan alam. Pemeriksaan tersebut tercatat secara resmi dan dihentikan pada bulan Mei 1959 karena tidak adanya bukti dan pihak yang bersalah.