Mary Celeste. Sebuah kapal pengangkut kargo dan penumpang ini adalah salah satu misteri kelautan terbesar di dunia. Pasalnya pada tahun 1872 kapal ini ditemukan di Samudra Atlantik dalam keadaaan terbengkalai dan tanpa ada satupun awak dan penumpang di dalamnya.
Kapal Mary Celeste melaut menuju Selat Gibraltar dalam keadaan yang sangat layak dan diisi dengan awak-awak kapal yang berpengalaman. Rencanannya kapal tersebut akan melaut selama sebulan dengan persediaan makanan yang bahkan cukup hingga enam bulan.
Ketika ditemukan, kapal tersebut berjalan tanpa ada satupun kru maupun penumpannya serta dengan muatan yang tak tersentuh, bahkan barang-barang berharga mereka ditemukan berada pada tempatnya.
Misteri menghilangnya para penumpang dan kru kapal inilah yang menjadi misteri kelautan terbesar di dunia yang tidak terpecahkan hingga saat ini.
Misteri Kapal Mary Celeste
Mary Celeste pada awalnya bernama “Amazon” dan memiliki bobot seberat 282 ton dengan tinggi mencapai 31 meter yang termasuk dalam jenis kapal bertiang dua. Kapal ini dibuat pada tahun 1861 di sebuah desa di pulau Spencer, Nova Scotia.
Kapal ini didaftarkan di kota terdekat Parrsboro, Nova Scotia, dengan kapten pertamanya yang bernama Robert McLellan dan meninggal di atas kapal karena mengidap pneumonia. Kapten selanjutnya adalah, John Nutting Parker yang lalu diberhentikan karena kecelakaan menabrak kapal nelayan serta kebakaran di tengah dek.
Selanjutnya kapal dibawahi oleh kapten Nova Scotian, yang membawa Amazon berlayar melewati angin topan di Glace Bay. Akibat perjalanan tersebut Amazon mengalami kerusakan parah dan di jual kepada Richard Haines dari New York seharga $1.750.
Amazon mengalami perbaikan besar-besaran dan menghabiskan biaya hingga $8.825 kala itu. Kemudian pada tahun 1968 kapal Amazon terdaftar di Amerika, dan berganti nama menjadi Mary Celeste. Dengan pemilik barunya dan dibawahi oleh kapten Benjamin Spooner Briggs, kapal tersebut terlah berhasil melintasi samudra atlantik serta ikut dalam perdagangan di wilayah pelabuah Adriatic.
5 November 1872, Mary Celeste membawa muatan sebanyak 1.701 barel alkohol di bawah pimpinan Benjamin Briggs, menuju Genoa, Italia. Muatan tersebut berasal dari industri Meissner Ackermann & Co dengan total harga mencapai $35.000 dan menggunakan asuransi kapal serta muatannya sebesar $46.000.
Kapten Benjamin Briggs berangkat dari Staten Island, New York dengan membawa 7 orang kru berserta istrinya, Sarah E. Brigge dan juga anak perempuan mereka yang berumur dua tahun, Sophia Matilda. Sehingga total penumpang yang di bawa Mary Celeste adalah 10 orang.
Kapten Briggs sebelumnya telah memimpin setidaknya lima kapal besar dan sudah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di laut lepas, ia bahkan memilki beberapa kapal sendiri.
Di dalam kelompok kru pelayaran kali ini, ada empat orang berkebangsaan Jerman dan seorang berkebangsaan Denmark, namun mereka semua fasih berbahasa inggris serta memiliki catatan yang baik, selain itu mereka juga pelaut yang sangat berpengalaman.
Dari asal pelabuhan dan tujuan yang sama, kapal Dei Gratia melakukan pelayaran 7 hari setelah Mary Celeste berangkat. Kapten dari Dei Gratia, David Reed Morehouse ternyata mengenal kapten Briggs secara pribadi dan memiliki hubungan yang baik.
Baca Juga: Envaitenet Island, Pulau Misterius di Danau Rudolf, Kenya
Selama bulan oktober ada beberapa laporan mengenai cuaca buruk, namun saat pelayaran Dei Gratia melewati Samudra Atlantik ternyata tidak ada hambatan cuaca. Pukul 1 siang, di tanggal 4 Desember 1872, melalui teropongnya, juru kemudi Dei Gratia melihat sebuah kapal yang mengapung sejauh 5 mil dari posisi mereka saat itu, atau sekitar 600 mil dari sebelah barat Portugal.
Juri kemudi tersebut kemudian melapor kepada perwira dua kapal, John Wright yang kemudian diteruskan kepada kapten Morehouse. Pengalamannya berada di lautan mengatakan bahwa ada keganjilan pada kapal tersebut, sehingga kapten Morehouse memberi intruksi untuk mendekatinya.
Ternyata kapal tersebut adalah Mary Celeste. Tentu saja hal ini membingungkan kapten Morehouse dan membuatnya bertanya tanya kenapa Mary Celeste belum juga berlabuh di Italia.
Atas perintah kapten, Mary Celeste diperiksa selama kurang lebih 2 jam namun mereka tidak bisa menemukan siapapun di sana. Mary Celeste berlayar sendiri dengan perlahan menuju terusan Gibraltar.
Menurut laporan salah satu awak kapal Dei Gratia, Oliver Deveau, kapal tersebut benar-benar kosong, dan seluruh ruangan telah terendam air. Terdapat tiga pompa di kapal tersebut, satu masih berfungsi dengan baik, namun kedua lainnya telah dibongkar, dek kapal juga terendam air setingga 1,1 meter .
Meskipun terendam air namun nyatanya Mary Celeste masih dapat berlayar. Semua berkas yang ada di kapal menghilang kecuali buku harian Kapten Benjamin Briggs. Kompas kapal juga mengalami kerusakan, sextant dan marine chronometer hilang, jam kapal tidak berfungsi, dan satu-satunya sekoci Mary Celeste menghilang.
Kapten Morehouse kemudian memerintahkan beberapa awak kapalnya untuk mengambil alih Mary Celeste dan membawanya melanjutkan perjalanan menuju Genoa, Italia.
Setelah berlabuh dan muatan Mary Celeste diturunkan, ternyata ada 9 barel yang telah kosong, namun anehnya persediaan makanan serta air bersih untuk enam bulan ke depan tidak tersentuh sama sekali, begitu juga dengan barang pribadi milik seluruh penumpang kapal.
Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadi perkelahian maupun kekerasan di dalam kapal, sehingga fakta ini mencoret kemungkinan adanya pembajakan oleh perompak. Sepertinya seluruh penumpang Mary Celeste meninggalkan kapal dengan terburu-buru.
Teori-teori mengenai apa yang terjadi dengan Mary Celeste mulai bermunculan, mulai dari penculikan alien, lorong waktu, segitiga bermuda, hingga monster-monster laut yang untuk sebagian orang sangat tidak masuk akal.
Namun ada beberapa teori lain di bawah ini yang mungkin masih bisa diterima oleh logika kita:
Ada beberapa teori yang muncul mengatakan awak kapal Dei Gratia bertujuan mengambil alih hak kepemilikan kapal Mary Celeste karena mereka yang menemukannya. Namun teori ini terbantahkan karena fakta bahwa kapten Morehouse adalah sahabat baik kepaten Briggs. lama kapten Briggs.
Dan juga Mary Celeste berangkat 7 hari lebih awal, sehingga harusnya tidak mungkin Dei Gratia bisa menyusulnya. Pihak berwenang juga tidak menemukan bukti dan indikasi yang mengaju ke teori ini.
Teori lainnya mengatakan bahwa ada kemungkinan kapten Briggs dan kapten Morehouse bersekongkol untuk melakukan penipuan asuransi lalu dikatakan kapten Briggs masih hidup dengan mengganti identitasnya.
Namun teori ini juga terbantahkan karena ternyata hasil uang dari asuransi tidak akan mencukupi biaya hari tua mereka berdua.
Ditemukannya genangan air di seluruh ruangan dan di dek kapal, memunculkan teori bahwa Mary Celeste kala itu sedang menghadapi badai, lalu para penumpang melarikan diri menggunakan sekoci.
Memang terdengar masuk akal. Namun ada beberapa fakta yang tidak dapat mendukung teori tersebut. Seperti, jumlah genangan air yang tidak cukup menenggelamkan kapal sebesar Mary Celeste. Disisi lain kapten Briggs dan awak-awaknya adalah orang yang sangat berpengalaman, jadi tidak mungkin mereka mengambil keputusan segegabah itu.
Selain itu, tidak ada laporan mengenai adanya badai di jalur yang Mary Celeste lewati.
Kapten David Williams yang beberapa kali pernah mengalami gempa bumi ketika berlayar mengajukan teori ini. Menurutnya, saat itu kemungkinan ada gempa bumi yang terjadi dan 9 tong barel alkohol tersebut pecah lalu tumpah ke lambung kapal.
Gempa ini juga memungkinkan untuk menggeser perapian yang ada di dek. Setelah itu, bau alkohol dan api yang tercium mungkin membuat para penumpang panik dan segera meninggalkan kapal untuk menyelamatkan diri.
Kemudian, karena kapal Mary Celeste masih dalam keadaan berlayar, penumpang yang ada di sekoci tersebut tidak dapat mengejar dan meninggal di laut.
Lagi-lagi teori yang cukup masuk akal. Tapi sayangnya fakta yang ditemukan tidak mendukung teori ini, karena awak kapal Dei Gratia mengatakan tidak pernah merasakan adanya gempa, begitu juga dengan para penduduk di Portugis yang mengatakan demikian.
Selain itu tidak ada bau alkohol yang tercium di kapal dan tak ada bekas tumpahannya di dalam kapal.
Waterspout merupakan fenomena ketika air laut menyembur tinggi ke atas menyerupai tornado air, ketika fenomena ini terjadi, maka kapal akan terasa seperti tenggelam. Jika ini yang terjadi, maka para penumpang Mary Celeste akan mengalami kepanikan dan segera meninggalkan kapal untuk menyelamatkan diri.
Hal ini juga menjelaskan mengapa ditemukannya genangan air, kompas yang rusak, dan kesan kapal yang ditinggalkan secara terburu-buru. Teori ini ada;aj teori paling masuk akal yang pernah diajukan.
Sebuah teori kembali diajukan oleh James Winchester yang mengatakan bahwa ada 9 tong barel alkohol yang kosong karena tong tersebut terbuat dari oak merah, dan bukan dari oak putih seperti yang lainnya. Kayu oak merah memang dikenal sebagai kayu dengan pori-pori besar sehingga mudah bocor.
Ketika mencium bau alkohol, kapten Briggs yang tidak pernah membawa barang berbahaya kemungkinan panik akan terjadinya ledakan, lalu memerintahkan untuk dibukanya lubang palka sehingga timbulah semburan uap.
Kapten Briggs yang mengira Mary Celeste akan meledak, langsung memerintahkan seluruh penumpang untuk menyelamatkan diri secepatnya.
Sejarawan Conrad Byers percaya kalau teori ini yang paling masuk akal.
Teori ini juga disempurnakan oleh ilmuwan dari Jerman, Eigel Wiese, dengan meminta tim dari University College London untuk menciptakan eksperimen yang menunjukkan efek ledakan uap alkohol.
Dalam eksperimen itu, terbukti kalau uap alkohol yang terbakar telah meledakkan lubang palka sehingga terbuka, namun sebenarnya ledakan tersebut tidak cukup kuat untuk merusak sekelilingnya, hanya saja mungkin panik, kapten Briggs memerintahkan seluruh penumpang untuk meninggalkan kapal.
Teori ini dianggap sebagai argumen paling logis yang bisa menjelaskan misteri Mary Celeste.
Setelah semua kejadian tersebut, James Winchester kemudian menjual Mary Celeste dengan kerugian cukup besar. Dan kemudian kapal tersebut terus berpindah tangan sebanyak 17 kali dalam kurun waktu 13 tahun.
Pada tanggal 3 Januari 1885, GC Parker yang merupakan pemilik terakhir Mary Celeste mencoba menenggelamkannya di laut Karibia. Usahanya dilakukan dengan cara membakar kapal tersebut guna menipu perusahaan asuransi, karena saat itu kapal yang memuat kargo memiliki nilai asuransi yang besar.
Namun sayangnya usaha GC Parker diketahui oleh pihak berwenan dan dia pun di penjara. Setelah kerusakan parah karena usaha penenggelaman tersebut, kapal Mary Celeste ditinggalkan begitu saja, kemudia tenggelah secara perlahan-lahan dengan segala misteri yang menyelimutinya.