Sepanjang sejarah manusia kita telah berusaha untuk melangkah lebih jauh dari satu tanah ke tanah lainnya, untuk menembus ke tempat-tempat gelap yang dulunya tak ada di dalam peta, untuk menjelajah melewati cakrawala berikutnya.
Ini adalah keinginan universal dari seorang manusia untuk mendorong dirinya melewati batas-batas dari apa yang telah ketahui, dan sejak waktu yang tidak teringat lagi kapan, hal ini biasanya membawa kita ke sebuah cerita yang menarik, aneh, dan mungkin keduanya.
Kisah makhluk dan orang-orang misterius telah dibawa keluar dari pinggiran peradaban selama berabad-abad lalu, dan ditengah-tengah antara mereka ada banyak kisah mengenai peradaban kuno, binatang humanoid, dan suku-suku yang aneh, salah satunya adalah Suku Tanpa Kepala.
Salah satu kisah paling terkenal tentang suku misterius tanpa kepala yang mendiami alam liar yang belum dipetakan di dunia ini datang dari cerita yang pernah hidup di Libya dan daerah lain di Afrika utara, terutama di sepanjang sistem Sungai Nil.
Suku Tanpa Kepala Yang Misterius
Dikatakan ada suku yang menakutkan dan bertubuh besar, berkisar 7 sampai 12 kaki tingginya, dengan ciri yang paling tidak biasa, yaitu kepala-nya. Mereka tidak memiliki kepala, dan wajah mereka berada di dada mereka. Penduduk asli disana mengatakan mereka adalah orang (makhluk) yang sangat agresif dan kanibal, lebih buas daripada manusia.
Salah satu penyebutan paling awal tentang makhluk-makhluk ini dibuat pada abad ke-5 oleh penulis dan petualang Yunani Herodotus. Dia menulis tentang mereka di sebuah buku berjudul Histories dan menyebut suku tersebut dengan Akephaloi, yang berarti “Orang tanpa kepala.”
Herodotus mengklaim bahwa dia telah berbicara dengan orang Libya, yang bersikeras bahwa suku tersebut sangat nyata dan bukan mitos, hingga sampai pada kesimpulan bahwa mereka “bukan hanya dongeng.” Kisah suku tanpa kepala mungkin telah hilang dari sejarah jika berhenti di situ saja, akan tetapi lebih banyak laporan akan datang di abad-abad berikutnya.
Beberapa ratus tahun kemudian, penulis Romawi, naturalis, dan filsuf alam Pliny the Elder juga membicarakannya. Dia terkenal karena bepergian mengelilingi dunia dan menulis tentang berbagai fenomena alam dan geografis, serta makhluk atau orang-orang yang aneh dan fantastis, dan di antaranya adalah orang-orang Afrika tanpa kepala, yang dia sebut Blemmyae.
Pliny menulis dalam Natural History bahwa mereka “tidak memiliki kepala, mulut dan mata mereka terletak di dada mereka,” dan selanjutnya menyatakan bahwa mereka adala suku nomaden yang mengembara di sepanjang sungai Nil. Pliny the Elder menggambarkan mereka sebagai orang liar yang dihindari oleh penduduk asli wilayah tersebut dengan segala cara.
Catatan Pliny tentang makhluk misterius itu menyiratkan bahwa mereka sangat nyata, dan mereka disebutkan tepat di sepanjang tulisan lain tentang sejarah alam, wilayah dan hewan serta masyarakatnya. Menariknya, Pliny the Elder juga mengklaim bahwa suku tanpa kepala serupa pernah tinggal di India.
Di tahun-tahun berikutnya, pada 1211 M, penjelajah Fermes menulis tentang suku “manusia tanpa kepala, berwarna emas, berukuran tinggi 12 kaki dan lebar 7 kaki, tinggal di sebuah pulau di Sungai Brisone (di Ethiopia)” dan cerita suku inipun kembali berlanjut.
Pada tahun 1349, seorang sarjana Katolik Jerman dan penulis Conrad dari Megenberg menulis tentang “orang tanpa kepala, berbulu di sekujur tubuh, dengan rambut kasar seperti binatang buas” dalam bukunya Buch der Natur.
Buku The Travels of Sir John Mandeville, sebuah memoir perjalanan yang pertama kali diedarkan antara 1357 dan 1371, juga menyebutkan “orang-orang jelek bertubuh busuk dan terkutuk yang tidak berkepala. Dan mata mereka ada di pundak mereka, ” dalam hal ini tinggal di suatu tempat di Asia.
Kisah mencengangkan seperti itu membuat pria tanpa kepala sangat populer di seluruh Eropa, memicu imajinasi penjelajah dan orang biasa, dan mereka mulai muncul di peta sepanjang Abad Pertengahan, yang paling menonjol di antaranya adalah peta tahun 1513 dari laksamana dan kartografer Ottoman Piri. Reis, yang menggambarkan mereka berada di dekat Brasil.
Menariknya, dalam kasus ini mereka digambarkan sebagai makhluk yang lebih kecil dan lebih lembut daripada saudara Afrika mereka, dengan keterangan yang berbunyi, “Binatang buas ini mencapai panjang tujuh bentang [5′ 3″]. Jarak antara mata mereka hanya satu rentang [9″]. Namun dikatakan, mereka adalah makhluk yang tidak berbahaya.”
Peta lain juga menempatkan mereka di India, tetapi yang paling umum adalah penggambarannya di Afrika, terutama Ethiopia, dan representasi artistiknya sering kali menampilkan tipe dengan mata di bahu, bukan di dada.
Laporan tentang suku pria tanpa kepala terus berlanjut hingga Zaman Penemuan. Sekitar tahun 1589, penulis Inggris Richard Hakluyt menggambarkan perjalanan John Lok ke Guinea, di mana ia bertemu dengan “orang tanpa kepala” di hutan lebat di kawasan itu, dan mereka juga dilaporkan dari Amerika Selatan.
Salah satu kisah yang lebih terkenal dari era tersebut tidak lain berasal dari penjelajah legendaris Sir Walter Raleigh. Selama perjalanan menyusuri Sungai Caura di Guyana pada tahun 1595, dia mengaku pernah mendengar tentang suku orang tanpa kepala yang tinggal di sepanjang tepi sungai, dan dia akan menggambarkan mereka dalam Discovery of Guiana sebagai berikut:
Di sepanjang sungai Caora, hiduplah sebuah bangsa dengan orang-orang yang kepalanya tidak muncul di atas bahu mereka yang, meskipun mungkin dianggap dongeng belaka, namun untuk bagianku sendiri aku yakin itu benar, karena setiap anak di provinsi Arromaia dan Canuri menegaskan hal yang sama. Mereka disebut Ewaipanoma. Mereka dilaporkan memiliki mata di bahu dan mulut di tengah dada mereka, dan rambut panjang tumbuh ke belakang di antara bahu mereka.
Kisah tersebut kemudian membuat makhluk-makhluk ini ditampilkan di banyak peta Dunia Baru, dan meskipun banyak penemuan dari negeri-negeri yang jauh disana selalu membawa serta dongeng tentang binatang atau makhluk buas nan fantastis, sekarang kita justru dibiarkan bertanya-tanya mengapa cerita tentang orang-orang tanpa kepala ini begitu kuat dan konsisten sepanjang sejarah dan mengapa mereka selalu disebut tanpa basa-basi sebagai makhluk hidup yang nyata.
Meski gagasan kepala di tengah dada tampak tidak masuk akal, tetapi ada beberapa teori tentang apa yang terjadi sehingga legenda ini bisa terlahir, mulai dari yang biasa sampai yang eksotis dan aneh.
Salah satu teorinya adalah bahwa ini mungkin terjadi hanya karena melihat individu yang mungkin memiliki cacat lahir yang menyebabkan bahu mereka terangkat lebih tinggi dari normalnya, atau bahwa beberapa suku bahkan mungkin mengubah tubuh mereka seperti ini dengan sengaja.
Teori lain adalah bahwa para penjelajah menemukan pakaian atau hiasan kepala yang eksotis, atau mungkin sebuah perisai dengan wajah yang dilukis di atasnya, yang oleh orang luar salah diidentifikasi sebagai individu tanpa kepala.
Bisa jadi mereka juga memiliki “sikap perang” tertentu, dengan posisi kepala diturunkan ke dada, yang bila bercampur dengan sifat eksotis orang-orang ini mungkin akan terlihat sebagai wajah di dada.
Teori lain yang lebih aneh lagi adalah bahwa ini adalah sejenis hominid berbulu, makhluk mirip Bigfoot, alien atau penyadap interdimensi.
Namun, yang pasti dan benar-benar kita ketahui dengan pasti adalah bahwa suku-suku misterius tanpa kepala telah dilaporkan secara konsisten sepanjang sejarah, dan apakah mereka pernah nyata atau tidak, mereka adalah fitur yang tak terhapuskan pada lanskap eksplorasi dan petualangan zaman dulu. .