Misteri Campden Wonder berawat pada tanggal 16 Agustus 1660, seorang bernama William Harrison yang berusia sekitar 70 tahun berjalan menuju desa Charingworth, sekitar dua mil dari Chipping Campden, dengan maksud memungut uang sewa untuk majikannya, Lady Viscountess Campden.
Namun, setelah perjalanan tersebut, Harrison tak pernah kembali, hingga istrinya mengutus pelayan mereka, John Perry untuk mencarinya. Keesokan paginya, ketika John tidak ada kabar, putra Harrison, Edward menjadi semakin khawatir dan memutuskan untuk ikut mencari ayahnya.
Dia akhirnya bertemu dengan John di tengah perjalanan menuju Charingworth, dan itu menandakan bahwa Harrison belum juga ditemukan.
Keduanya kemudian berangkat ke Ebrington di mana mereka menemukan penyewa yang sempat dikunjungi Harrison dan mengetahui bahwa Harrison sebenarnya telah melakukan kontak dengan mereka, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya di sana.
Setidaknya, sampai kerah, topi, dan sisir berlumuran darah milik William Harrison ditemukan di sepanjang jalan. Hal ini kemudian menyudutkan John Perry yang entah kenapa tidak kembali pada malam ketika dia pergi mencari Harrison, kecurigaan langsung tertuju padanya dan desas-desus dimulai bahwa dia telah membunuh tuannya.
Kasus Aneh William Harrison dan Keluarga Perry
Saat pertama diinterogasi, John menjelaskan alasan dia tidak kembali malam itu karena tersesat. Soalnya, ketika pertama kali diperintahkan untuk pergi ke luar malam-malam untuk mencari Harrison, John mengaku dia terlalu takut untuk melakukannya karena saat itu gelap gulita. Jadi, setelah berjalan-jalan sebentar, dia malah pergi dan bersembunyi di rumah induk ayamnya.
Sekitar tengah malam, ketika bulan muncul memberikan cukup cahaya untuk memulai pencarian, John memberanikan dirinya untuk mencari tuannya, tetepi kabut justru turun dan membuat John tersesat.
Dia kemudian pergi ke bawah semak-semak untuk bermalam dan melanjutkan pencarian keesokan harinya, dan itulah saat dimana Edward Harrison menemukannya. Saat bertemu, John menyatakan dia belum mengetahui apapun tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Harrison.
Hakim yang mendengar cerita tersebut nampak tidak puas, sehingga John ditahan sementara penyelidikan lebih lanjut dilakukan.
Kira-kira seminggu kemudian, dengan sedikit kemajuan dalam kasus ini, John diinterogasi lebih lanjut. Awalnya, dia terpaku pada ceritanya, tetapi kemudian mengubahnya.
Penting untuk diketahui di sini bahwa mungkin interogasi berikutnya adalah jenis intergoasi menggunakan senjata (seperti yang sangat umum pada saat itu), atau dia mungkin hanya takut akan diadili atas tuduhan pembunuhan sehingga ingin melemparkan kesalahan ke siapapun yang ada dipikirannya.
Apapun masalahnya, selama interogasi berikutnya, John diduga memberi tahu bahwa seseorang telah membunuh Harrison dan kemudian bahwa dia tahu seorang pelayan dari seorang Tuan yang tidak disebutkan namanya telah merampok dan membunuh Harrison.
Dalam interogasi lain setelah ini, John akhirnya mengklaim bahwa ibunya, Joan, dan saudara laki-lakinya, Richard, telah menunggu sampai Harrison selesai mengumpulkan uang sewa dan kemudian merampok lalu membunuhnya, serta membuang tubuhnya ke dalam kolam pembuangan.
Dia bahkan memberikan penjelasan rinci tentang peristiwa tersebut, termasuk keterlibatannya sendiri di dalam aksi tersebut, memberi tahu saudaranya kapan dan dimana harus menangkap Harrison. Dia juga menyatakan setelah Harrison diserang, dia bertemu dengan ibu, saudara laki-lakinya, dan Harrison yang tidak sadarkan diri.
Mengutip pengakuan yang diceritakan oleh hakim Sir Thomas Overbury dalam catatannya pada tahun 1676 tentang peristiwa tersebut, Di mana John memberi tahu Saudaranya, dia berharap dia tidak membunuh Tuannya.
John mencekiknya, dia mengambil sekantong uang dari sakunya, dan melemparkannya ke pangkuan ibunya, dan kemudian dia dan saudara laki-lakinya membawa mayat majikannya ke taman, dekat dengan Conygree, di mana mereka berdebat tentang apa yang harus dilakukan dengan mayat tersebut, dan akhirnya, setuju untuk melemparkannya ke pembuangan besar, di dekat Wallington’s Mill.
John kemudian menyatakan ibunya menyuruhnya untuk kembali ke rumah tuannya untuk melihat apakah ada yang curiga atas ketidakhadiran Harrison. Dia kemudian mengklaim telah mengambil topi berlumuran darah, kerah, dan sisir, memotongnya dengan pisau dan kemudian meletakkannya di sepanjang jalan sehingga diasumsikan Harrison telah dirampok dan dibunuh di sana.
Saat diinterogasi, Joan dan Richard Perry menyangkal keseluruhan cerita, dan pembuangan tersebut juga dikeruk, tetapi tidak ada mayat yang ditemukan.
Namun karena Joan dan Richard tidak memiliki alibi pada malam yang bersangkutan dan John Perry telah mengakui pembunuhan seorang pria, ketiga Perry tersebut ditangkap atas pembunuhan William Harrison.
Namun, karena kurangnya bukti yang jelas bahwa pembunuhan memang benar-benar telah terjadi, hakim ketua dalam kasus tersebut, Sir Christopher Turner, akhirnya menolak untuk menuntut ketiganya atas pembunuhan itu.
Perampokan Rumah William Harrison oleh Keluarga Perry
Konon, sekitar setahun sebelumnya, rumah Harrison telah dirampok sebesar £ 140. Mengingat pernyataan John Perry bahwa keluarganya terus-menerus menekannya untuk merampok keluarga Harrison dan mereka sendiri berniat melakukannya, John Perry ditanyai tentang perampokan tersebut.
Dia kemudian menegaskan bahwa saudaranya telah melakukan perampokan, sementara John sendiri tidak terlibat langsung dalam tindakan tersebut, dia telah memberi tahu saudaranya di mana uang itu disimpan.
Setelah mencuri, uang itu dikuburkan di taman dengan tujuan untuk digali kembali saat Pesta Malaikat Agung berikutnya, tetapi setelahnya mereka justru melupakan perampokan tersebut. Ini berarti bahwa uang tersebut seharusnya masih terkubur di sana ketika John Perry mengakuinya, tetapi ketika taman itu digeledah, tidak ada uang yang ditemukan.
Menariknya, meskipun tidak ada bukti apa pun bahwa keluarga Perry telah merampok Harrisons tahun sebelumnya selain dari pernyataan John Perry, dan meskipun ibu dan saudara laki-laki Perry menyangkal bahwa mereka telah melakukan itu semua, ketiganya justru mengaku bersalah atas tuduhan perampokan.
Mengapa?
Nah, untuk John, dia sudah menganggap dirinya sebagai kaki tangan, jadi wajar saja kalau dia kemudian mengaku bersalah. Tetapi ibu dan saudara laki-lakinya memiliki masalah yang berbeda. Mereka awalnya mengaku tidak bersalah, tetapi dalam tak lama setelah itu mengubah pengakuan mereka menjadi bersalah.
Tampaknya mereka disarankan untuk melakukan ini dan meminta pengampunan berdasarkan Undang-Undang Ganti Rugi dan Pelepasan tahun 1660 sebagai tindakan penghematan waktu untuk pengadilan.
Singkatnya, Undang-undang ini adalah pengampunan umum bagi siapa saja yang telah melakukan kejahatan selama Perang Saudara dan Interregnum selama kejahatan tersebut bukanlah pembunuhan berencana, pemerkosaan, pembajakan, sihir, sodomi, atau bestialitas.
Berkat undang-undang tersebut, jika ketiganya mengaku bersalah dan meminta pengampunan, maka mereka tidak akan menerima hukuman apa pun dan pengadilan tidak perlu membuang waktu untuk mencoba menuntut kasus tersebut. Karena itu, mereka mengaku bersalah dan langsung dilepaskan.
Namun tindakan ini kemungkinan besar malah mengorbankan nyawa mereka.
Hukuman Gantung Keluarga Perry
Kamu tahu, ketika Harrison masih belum muncul pada musim semi tahun 1661, setahun setelah dia menghilang, dan keputusan resmi mengatakan bahwa dia telah dibunuh. Inilah yang menjadi boomerang atas pernyataan bersalah keluarga Perry.
Karena ketiga perry telah mengaku bersalah pernah merampok Harrison sebelumnya yang diketahui sedang membawa uang sewa yang signifikan pada malam tersebut ditambah setidaknya John Perry telah mengetahui fakta ini dan rute yang akan diambil Harrison, serta barang-barang berlumuran darah Harrison telah ditemukan, maka diputuskan semua itu cukup menjadi bukti untuk mengadili ketiganya atas pembunuhan Harrison.
Meskipun mereka kembali menyatakan tidak bersalah atas pembunuhan tersebut, hakim Sir Robert Hyde, dan juri tidak mempercayainya. Ketiganya kemudian dihukum atas tuduhan pembunuhan dan digantung bersama di Gloucestershire di Broadway Hill.
Karena Joan juga dicurigai sebagai penyihir dan aktivitas sihir sangat terlarang pada masa itu, tentu saja, dia digantung terlebih dahulu dengan harapan mantra apa pun yang ada pada putranya akan terangkat oleh kematiannya, dan memungkinkan mereka mengaku melakukan pembunuhan.
Tetapi dalam kasus tersebut, ketiga Perry, termasuk John, terus menerus mengaku tidak bersalah sesaat sebelum tali dilepaskan dan menghentikan kata-kata mereka. John bahkan menarik kembali cerita yang ia buat sebelumnya, mengatakan dia mengarang semuanya dan sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Harrison.
Dan ternyata..
Mereka mengatakan yang sebenarnya. Kira-kira satu tahun setelah mereka digantung, William Harrison kembali ke Chipping Campden dalam keadaan hidup dan sehat.
Kasus Aneh Kembalinya William Harrison
Jadi kemana dia selama itu? Dia mengklaim bahwa dia telah dirampok dan diculik oleh dua pria yang menunggang kuda. Selama huru-hara berikutnya, pria tua itu juga mengaku telah ditikam di bagian paha dan pinggang.
Setelah itu, dia menyatakan bahwa dia dijual seharga tujuh pound kepada sebuah kelompok yang menangani perdagangan manusia. Dia kemudian ditempatkan di atas kapal untuk kemungkinan dijual sebagai budak. Saat berada di atas kapal selama enam minggu yang tak dapat dijelaskan, dia dirawat kembali hingga sehat.
Namun, dalam perjalanan ke tujuan yang entah dimana, kapal budak itu diserang di sekitar Afrika Utara oleh bajak laut Turki, yang kemudian membawa Harrison dan yang lainnya naik ke kapal mereka dan menjual mereka sebagai budak. Harrison, dia mengaku telah dijual ke seorang dokter tua di Smyrna (Izmir modern, Turki).
Namun, waktunya sebagai asisten dokter terputus, hanya sekitar satu tahun ketika majikannya tersebut meninggal. Setelah itu, dia menyatakan bahwa dia menggunakan mangkuk perak yang diberikan tuannya untuk naik kapal Portugis yang pulang.
Di Portugal, dia bertemu dengan sesama orang Inggris yang merasa kasihan padanya, memberinya uang untuk makan dan pulang kembali ke Inggris.
Namun, seperti yang mungkin ada dipikiranmu, meskipun penculikan semacam ini pernah terdengar, akan tetapi gagasan tentang seseorang yang memilih untuk menculik seorang pria berusia sekitar 70 tahun (yang tentunya bernilai sangat kecil di pasar budak, bahkan ditambah dengan tikaman di paha dan pinggang) sudah pasti kisah ini dianggap agak mencurigakan.
Tentu saja uang sewa yang dibawanya saat itu mungkin menjadi pemicu terjadinya perampokan, tetapi kesulitan dan risiko tambahan untuk mengangkut seornag tua dan menjualnya ke kelompok budak sangatlah tidak sebanding dengan harga yang mereka dapatkan, yaitu tujuh pound.
Karena itu, muncul spekulasi bahwa mungkin dia hanya pergi ke beberapa kota dengan yang dia kumpulkan untuk tuannya dan meninggalkan barang-barangnya yang berlumuran darah untuk membuat orang mengira telah terjadi sesuatu padanya.
Namun, Sir Thomas Overbury yang disebutkan di atas mencatat bahwa spekulasi itu tampaknya tidak mungkin mengingat Harrison yang sudah tua sudah dan cukup kaya dalam profesinya saat ini.
Saat itu dia juga tidak membawa banyak uang yang sebanding dengan yang ia kumpulkan sendiri selama hidupnya. Selain itu, dia sangat dihormati dan memiliki reputasi yang baik di seluruh kota, termasuk selalu senang dengan posisinya selama ini, bahkan hingga dia menghilang.
Dia juga tidak mengambil banyak uang yang dia kumpulkan sendiri selama hidupnya. Di atas semua ini, dia sangat dihormati dan memiliki reputasi yang baik di sekitar kota, termasuk selalu tampak senang dengan posisinya, bahkan hingga dia menghilang.
Sir Thomas berspekulasi bahwa mungkin seseorang menyewa para penculik untuk menyerang Harrison dan menyingkirkannya. Ini menjelaskan mengapa ada orang yang repot-repot menculik orang tua seperti itu.
Sir Thomas mengira tersangka utama dalam skenario itu mungkin adalah putra Harrison, yang berharap mendapatkan pekerjaan ayahnya, meskipun ini sedikit berlebihan mengingat fakta-fakta yang diketahui dari kasus tersebut.
Anehnya, beberapa minggu sebelum hilangnya Harrison, ada catatan John Perry yang melaporkan diserang di tengah jalan oleh dua pria yang memegang pedang, meskipun dia akhirnya berhasil melarikan diri.
Selama interogasi untuk kasus pembunuhan kala itu, dia mengubah ceritanya dan mengatakan dia telah mengarangnya sendiri untuk menghilangkan kecurigaan dari dirinya dan keluarganya ketika mereka kemudian akan merampok dan membunuh Harrison.
Apa pun yang sebenarnya terjadi, meskipun hakim Sir Thomas Overbury mencatat bahwa setidaknya beberapa pada saat itu menganggap cerita Harrison tidak masuk akal, tampaknya tidak ada catatan mengenai siapa pun yang menginterogasinya lebih lanjut tentang hal terebut, dan dia juga diberikan pekerjaan lamanya kembali.
Peraturan No Body No Murder
Dan seperti yang dipikirkan oleh semua orang, fakta bahwa sistem peradilan telah mengeksekusi tiga orang atas pembunuhan William Harrison yang tidak pernah terjadi, mengakibatkan protes dari pihak publik.
Oleh karena itu, sebagai akibat dari ketidakadilan tersebut, pengadilan inggris memberlakukan aturan pidana baru “No body, no murder”, sebuah peraturan yang harusnya berlaku hingga 3 abad kemudian tetapi dibatalkan pada abad ke 20.
Undang-undang semacam itu akan menciptakan celah besar dan relatif memudahkan para pelaku lolos dari pembunuhan, karena dengan peraturan “no body, no murder” kamu hanya perlu benar-benar pandai menyembunyikan jasad korban, dan itu tidak sulit.
Misalnya, untuk saat ini hal-hal seperti sekolah kedokteran dan sejenisnya tidak hanya akan membayarmu untuk jasad tersebut tanpa pertanyaan, tetapi umumnya mereka akan tutup mulut tentang segala hal dan membuang jasad tersebut hingga tidak dapat diidentifikasi.
Artikelnya bagus. Kasus legendaris nih William Harrison haha.. Terus nulis yah. Semangat!!^^
Terima kasih untuk dukungannya, Eya 😀