Legenda Urban Jepang: Kankandara (Part 4)

Legenda Urban Jepang Kankandara (Part 4)

Aoi: “Siapa yang mengubah bentuknya, apakah kamu ingat? Bukan siapa yang menyentuhnya, tapi siapa yang mengubah bentuknya?”

A dan Aku saling memandang dan mengatakan kepadanya bahwa itu adalah B. Orang tua itu bersandar dan menghela nafas. Dia menoleh ke ibu B.

Paman Aoi: “Bu, maafkan aku, tapi sepertinya tidak ada lagi yang bisa kami lakukan untuk putramu saat ini. Aku tidak mendengar ada detail yang lebih baik, jadi menilai dari gejalanya, aku pikir ini mungkin sesuatu yang lain. Aku tidak pernah berpikir bahwa dia telah memindahkan benda itu. ”

“Jangan bilang kalau ..…”

Kankandara (Part 3)

•••

Meskipun dia tampak ingin mengatakan lebih banyak, ibu B memilih menelan kata-katanya dan untuk beberapa saat menundukkan kepalanya. Aku juga tidak bisa menyuarakan pertanyaanku dengan keras, aku merasakan hal yang sama. Apa sebenarnya yang dia maksud bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk B sekarang? Apa yang mereka bicarakan?

Kami bertiga pergi menemui B, dan lelaki tua itu berbicara kepada kami di antara kegelisahannya. Dia akhirnya memberitahu kami semua tentang hal yang kami lihat.

Nama umumnya adalah “Narijara” / “Naridara,” atau dulu disebut “Kankanjara” / “Kankandara.” Namanya berubah tergantung pada usia dan garis keturunan keluarga orang-orang yang mengetahuinya. Saat ini sebagian besar hanya dikenal sebagai “Dara,” dan keluarga lelaki tua itu secara khusus menyebutnya “Kankandara.”

Kisah yang dia ceritakan kepada kami seperti mitos atau legenda urban Jepang yang keluar dari cerita rakyat turun-temurun.

Jadi dahulu, orang-orang dari desa tertentu terganggu oleh ular yang agak besar yang sering memburu mereka. Akhirnya penduduk pergi ke rumah keluarga gadis kuil tertentu, yang memiliki banyak garis keturunan dengan kekuatan para dewa, dan memohon kepada mereka untuk membantu masalah tersebut.

Keluarga itu pun setuju dan memilih satu gadis kuil dengan kekuatan yang sangat kuat. Dia akhirnya berangkat untuk menaklukkan ular itu.

Penduduk desa mengawasi gadis kuil itu dari jauh saat dia dengan sungguh-sungguh mempertaruhkan nyawanya untuk menghadapi ular tersebut. Namun dalam sekejap mata, ular itu menyerang, dan berhasil melahap bagian bawah tubuhnya.

Namun gadis kuil itu menolak untuk menyerah dan terus berusaha melindungi penduduk desa, menggunakan semua yang dia miliki dan bertarung dengan sekuat tenaga.

Akan tetapi, penduduk desa justru takut bahwa gadis kuil, yang sekarang kehilangan bagian bawah tubuhnya, tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkan ular itu. Sebagai gantinya, mereka menawarkan gadis tersebut kepada sang ular sebagai ganti keselamatan desa mereka.

Sang ular, yang menganggap gadis kuil tersebut dapat mengancamnya, menyetujui perjanjian itu. Penduduk desa pun menangkap dan memotong lengan gadis kuil itu untuk membantu sang ular, dan tanpa anggota badan layaknya boneka daruma, ular pun dengan mudah memakan sang gadis kuil terkuat.

Dan penduduk desa akhirnya dapat mengalami kedamaian, setidaknya untuk beberapa saat. Karena, tidak lama kemudian sebuah bencana segera menimpa desa.

Sang Ular itu tidak lagi menunjukkan wajahnya setelah kejadiaan mengerikan itu, dan meskipun faktanya tidak ada lagi yang menyerang penduduk desa, mereka justru mulai mati satu demi satu. Tidak hanya di dalam desa, tapi juga di pegunungan dan di hutan.

Mayat-mayat itu semuanya ditemukan dalam keadaan kedua kaki dan tangan yang hilang. 18 orang meninggal termasuk dua dari enam orang keluarga gadis kuil.

Itulah kisah seram tentang Kankandara yang dijelaskan oleh Aoi dan pamannya kepada kami secara bergiliran.

Paman Aoi: Aku tidak tahu dari kapan atau di mana cerita ini mulai diceritakan, tetapi sebuah ritual diadakan secara berkala untuk kotak tersebut, dari mana kemudian dipindahkan ke lokasi baru. Tergantung pada waktunya, orang yang bertanggung jawab atas kotak itu pun berbeda.

Ada hal-hal yang terlihat seperti lambang keluarga di seluruh sisi kotak, bukan? Itu menunjukkan semua keluarga yang telah mengadakan ritual hingga saat ini. Pertemuan akan diadakan dengan keluarga seperti kami, yang bertugas sebagai “Penasihat” untuk memutuskan keluarga mana yang berikutnya menjadi “Penjaga”, meskipun kadang-kadang ada orang bodoh yang mengajukan diri dengan sukarela.

Di luar penjaga kotak, mereka dilarang menceritakannya kepada orang lain, kecuali dalam kasus di mana ada alasan yang baik atau tidak dapat dihindari, mereka harus mendiskusikannya terlebih dahulu, dan kemudian mereka dapat memberitahu orang lain tentang hal itu.

Dalam kasus dimana kita perlu menjelaskan kotak itu kepada orang lain, penjaga akan dicocokkan dengan seseorang dari keluarga seperti kami, sehingga mereka dapat memahami alasan di balik itu semua. Sebenarnya, kami bukanlah penasihat saat ini, kami hanyalah orang yang menerima panggilan darurat ini kemarin.

Sepertinya siapa pun yang ibu B telepon kemarin adalah orang lain, dan setelah berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan, mereka membawa B ke sini. Ibu B tampaknya telah diberitahu tentang beberapa detail saat kami sedang dalam perjalanan ke sana.

Aoi: “Umumnya kota itu akan dipindahkan ke gunung atau kawasan hutan. Seperti yang sudah kalian lihat sendiri, enam pohon dan enam tali mewakili penduduk desa, enam tongkat untuk keluarga gadis kuil. Vas yang ditempatkan di empat sudut mewakili empat penduduk desa yang selamat.

Dan untuk enam tusuk kecil dalam bentuk tertentu di dalam kotak, mewakili gadis kuil itu sendiri. Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa bentuknya harus seperti itu, tentang kotak itu sendiri, dan kapan semua ini dimulai.

Termasuk keluargaku sendiri dan orang-orang yang kepadanya kisah kotak itu diturunkan, mungkin tidak ada orang yang tahu detail yang lebih baik lagi. ”

Rupanya cerita yang paling sering diceritakan sekarang adalah bahwa empat orang yang selamat telah mencoba segalanya untuk menenangkan kemarahan keluarga gadis kuil, dan mereka menemukan bahwa bentuk tusuk kecil tersebut cukup berpengaruh.

Dan untuk pagarnya, hanya loncengnya saja yang diperlukan, sedangkan tali dan semacamnya hanyalah desain yang dibuat oleh keluarga penjaga.

Paman:Beberapa anggota keluarga kami telah mengusir Kankandara di masa lalu, tetapi mereka semua meninggal dalam dua atau tiga tahun, dengan tiba-tiba. Mereka umumnya tidak dapat membantu orang yang bersangkutan dalam setiap kasus. Begitulah sulitnya.”

Setelah mendengar semua ini, kami bertiga benar-benar putus asa. Kami tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap kosong. Tapi kemudian situasi berbalik.

Paman Aoi: “Bu, kamu mengerti betapa berbahayanya hal ini sekarang, kan? Seperti yang kukatakan sebelumnya, jika dia tidak menyentuh tongkat itu maka kami akan dapat melakukan sesuatu untuknya. Tapi kali ini tidak ada yang bisa kita lakukan.

Ibu B: “Kumohon. Apakah tidak ada yang bisa kamu lakukan? Ini adalah kesalahanku. Tolong. Apa pun.”

Ibu B menolak untuk menyerah, meskipun dia tidak ada hubungannya dengan kejadian ini semua, dia terus menyalahkan dirinya sendiri, terus meminta bantuan lelaki tua itu berulang kali. Tapi dia tidak menangis, ekspresinya mengatakan dia siap untuk apa pun.

Paman Aoi: “Kami juga ingin membantumu. Tapi dia tidak hanya menghancurkan tongkat di dalam kotak, dia juga melihat makhluk itu… kalian juga melihatnya, bukan? Apa yang kalian lihat adalah gadis kuil yang dimakan oleh ular. Kalian melihat bagian bawahnya, kan? Apakah kamu mengerti arti di balik bentuk tongkat itu sekarang?”

“…Hah?”

Baik A maupun aku sendiri tidak mengerti apa yang dia maksud. Bagian bawahnya? Kami justru melihat bagian atasnya.

A: “Um, kamu mengatakan bagian bawahnya… Tapi yang kami lihat adalah bagian atasnya…”

Baik Aoi dan pamannya terkejut mendengar ucapan kami.

There are things known and there are things unknown, and in between are the doors of perception ~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
error: Alert: Konten Dilindingi !!