Gunung Terkutuk adalah CreepyPasta mengenai sebuah gunung yang akan mengutuk siapapun yang pergi ke sana.
•••
Aku tinggal di kota sekarang, tetapi aku dibesarkan di sebuah desa kecil saat masih anak-anak. Ada sebuah gunung di belakang desa itu, dan orang-orang mengklaim bahwa itu terkutuk.
“Kamu tidak boleh pergi ke sana!” orang tua dan kakek-nenekku selalu memberitahu hal tersebut, dan tentu saja, akutidak akan ke sana.
Jika kamu mendaki gunung itu, maka tampaknya sesuatu yang buruk akan terjadi. Misalnya kamu akan tersesat. Itu adalah tempat hantu di Jepang yang terkenal, terutama di desa kami, dan tidak ada yang berani pergi ke sana.
Tapi ada satu orang yang melakukannya. Seorang yang disebut musafir.
Aku pikir desas-desus tentang gunung hanya diketahui di desa kami. Kami tidak memiliki toko souvenir, dan jika ingin jujur, semua orang malah bertanya-tanya mengapa ada orang yang ingin melakukan perjalanan ke desa kami.
Mereka bahkan curiga bagaimana musafir itu sampai di gunung.
Namun musafir ini berhasil menaikinya dan kembali turun tanpa ada hal buruk yang terjadi. Dia mengatakan bahwa ada kuil yang ditinggalkan di atas gunung, bersama dengan banyak hal lain yang membuatku berpikir dia memang benar-benar pergi ke sana.
Suatu hari di sekolah, salah satu temanku mulai berbicara tentang kuil di gunung. Dia curiga dan bertanya-tanya mengapa gunung dengan kuil di atasnya bisa dikutuk. Mendengar dia mengatakannya dengan lantang, aku bertanya-tanya hal yang sama.
Itu memang aneh.
Kami memutuskan untuk pergi memeriksa gunung itu bersama. Aku tidak berpikir bahwa aku akan ketakutan saat itu, karena buktinya ada musafir yang naik sendirian dan kembali dengan selamat.
Kisah kutukan ini pasti tak lebih dari sekedar takhayul. Jadi, hari itu sepulang sekolah, kami memutuskan untuk pergi ke gunung.
Aku membawa semprotan serangga, senter, dan beberapa makanan ringan. Temanku datang ke rumahku terlebih dahulu, dan kemudian kami berangkat bersama. Tentu saja, kami tidak mengatakan apapun kepada orang tua kami.
Pada akhirnya, kami berhasil mendaki gunung tanpa sesuatu yang aneh terjadi. Mungkin karena kami terlalu bersemangat.
Saat itu adalah sepulang sekolah, dan matahari terbenam di kejauhan. Saat kami bertanya-tanya apakah kami mungkin punya waktu untuk duduk dan makan makanan ringan yang kami bawa, kami tiba dengan selamat di kuil.
Tapi… sesampainya di sana, kami mulai menyesalinya.
Aku bisa merasakan seseorang melihat kami dari dalam kuil. Kami berdua membeku. Rasanya seperti seseorang memperhatikan gerak gerik kami, tapi sulit untuk mengatakannya dengan pasti…
Perasaanku mulai tidak enak. Wajah temanku menegang, aku ingin lari tetapi ketika aku mencoba berbalik, tubuhku menolak untuk bergerak.
‘Sial,’ pikirku. Kami dikutuk dan akan mati. Itulah yang kupikirkan. Aku tidak bisa bergerak, dan kepalaku serasa berputar.
Kemudian sesuatu di kejauhan berdentum keras. Itu seperti suara palu yang jatuh ke tanah. Kelumpuhan yang mencengkeram kami pecah dan kami berdua berbalik dan lari secepat mungkin dari kuil.
Kami tersandung banyak pohon saat kami berlari, tetapi kami tidak jatuh. Jika itu terjadi, kami takut hidup kami akan berakhir.
Kemudian aku menyadari sesuatu.
Langit, yang sampai saat itu cerah samar-samar, sekarang diselimuti kegelapan. Saat rasa takutku bertambah, aku melihat sesuatu yang aneh. Sesuatu yang mengejar kami dari belakang.
Tidak, tidak mengejar. Itu menyusul kami. Rerumputan di belakang kami berdesir dan sangat jelas terlihat sosok di sana sedang mendekat.
Begitu dia menangkap kami, kami akan mati. Aku tahu itu.
Aku segera menoleh ke belakang. Itu adalah Monyet hitam misterius yang menjijikkan. Matanya memerah.
‘Mati, mati!’ Pikirku, dan entah bagaimana kami berhasil keluar dari gunung. Monyet hitam itu berhenti mengejar kami. Aku menghela napas, dan dengan kaki gemetar kami kembali ke rumah.
Malam itu, semua orang di rumah, entah kenapa, suram. Terutama nenekku, yang menggumamkan sesuatu. Sebuah doa mungkin? Apakah dia tahu? Apakah kami ketahuan? aku khawatir, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu.
Telepon berdering setelah makan malam. Aku masih sangat takut tentang gunung itu, sehingga aku memilih terus berada di sisi ibuku, jadi aku bisa mendengarnya di telepon.
Aku mendengarkan dengan terkejut. Itu adalah ibu temanku, teman yang bersamaku menaiki gunung. Dia belum tiba di rumah, dan dia ingin tahu apakah dia ada di rumah kami.
Itu tidak masuk akal. Aku memegang tangannya saat kami berlari menuruni gunung, dan sekarang dia tidak tahu ada dimana.
Itu hanya bisa berarti satu hal. Gunung telah membawanya pergi. Tepat dari sisiku.
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Ibuku bertanya apakah aku tahu sesuatu dan aku menjawab tidak. Benar-benar sebuah kebohongan.
Dia menutup telepon. Rupanya ibu temanku menangis tak tertahan, dan rasa bersalah mulai menyelimutiku seperti awan gelap.
Ketika aku kembali ke ruang tamu, nenekku memelototi saya. Kemudian dia membuka mulutnya dan berkata, “Apakah kamu pergi ke gunung?”
Untuk beberapa alasan, aku mengangguk. Itulah satu-satunya hal yang aku rasa bisa kulakukan. Kemudian dia melompat ke arahku dengan kecepatan yang tidak pernah aku duga dari seorang wanita tua.
“Kenapa kamu naik ke sana?! Itu terkutuk! Kamu telah dirasuki! Itu akan segera datang untukmu!”
Itu akan datang untukku… apakah yang dia maksud adalah monyet itu? Aku bisa gila karena ketakutan.
“Temanmu juga pergi, bukan? Dialah yang diambil, bukan kau.”
Aku pingsan.
Ketika aku mendengar bahwa temanku lah yang menggantikanku, semua yang ada di depanku menjadi gelap.
Kembali ke masa sekarang, aku bersyukur tidak ada hal buruk yang terjadi padaku sejak saat itu. Yang bisa kulakukan hanyalah meminta maaf kepadanya.
Masalah Gunung terkutuk itu. Ini ada hubungannya dengan desa kami. Rupanya penduduk desa yang tinggal di sana di masa lalu adalah kanibal. Sekarang hampir dianggap takhayul, tetapi kenyataannya adalah penduduk desa lah yang dikutuk, bukan gunungnya.
Artinya… aku juga termasuk.
Darah para kanibal itu masih mengalir deras di seluruh desa kami, yang dibenci oleh kuil suci di gunung. Aku bertanya kepada nenekku apa artinya itu, dan dia berkata bahwa mekanisme perlindungan kuil itu terlalu kuat.
Meskipun terlihat ditinggalkan dan kosong, energi itu masih besar. Artinya, jika orang terkutuk seperti kita pergi ke sana, sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita.
Itu sebabnya tidak ada yang terjadi pada musafir itu, tetapi temanku menjadi korban menggantikanku, bencana menimpanya.
Jadi pada akhirnya, bukan gunung yang dikutuk sejak awal, dan monyet itu mungkin adalah roh gunung.
Aku tidak punya keinginan untuk pulang ke rumah untuk Tahun Baru atau Obon. Aku pikir, jika aku kembali kesana lagi, aku yang akan mati berikutnya.