Domba Kurban

Domba Kurban

Kalau boleh dikatakan, sepertinya aku adalah bocah paling menyusahkan di seluruh dunia. Bagaimana tidak, sejak lahir aku sudah menjadi bocah yang sakit-sakitan, orang tuaku sudah membawaku ke dokter, bahkan aku sampai lupa berapa kali harus dirawat disana, namun hasilnya? Nihil.

Aku anak yang mudah lelah, dan memiliki stamina yang sangat sangat minim. Parahnya lagi, aku adalah anak tunggal, jadi sudah pasti orang tuaku mencoba segala hal agar bisa membuatku sehat dan normal.

Orang tuaku memiliki peternakan yang cukup luas. Mereka adalah pekerja keras, dan itu juga yang membuatku merasa bersalah terhadap diriku sendiri. Andai saja aku sehat dan kuat, pasti aku bisa membantu mereka seperti yang mereka harapkan.

Aku banyak menghabiskan waktu di dalam rumah dengan membaca buku, karena memang pada dasarnya aku tidak bisa berpergian jauh, aku juga tidak begitu menyukai keramaian. Sesekali aku juga suka menatap bukit dengan rerumputan hijau dan beberapa lumbungnya yang ada di depan rumah.

Orang tuaku sering membawaku ke bukit tersebut untuk melihat hewan-hewan ternak kami. Namun akhir-akhir ini mereka tak mengizinkanku untuk kesana lagi. Mereka bilang, tanah disana buruk dan banyak bakteri yang berterbangan di udara sehingga tak baik untuk kesehatanku.

Keesokan harinya, mereka mengatakan bahwa mereka menemukan sebuah ramuan yang dapat menyembuhkanku. Tapi aku tak langsung senang mendengarnya, karena toh sebelumnya mereka sudah melakukan semua cara namun tidak ada hasilnya. Mereka berkata bahwa sup domba dapat membuatku semakin sehat dan kuat.

Sup Domba Kurban

Aku jadi sedikit kasihan kepada domba-domba kami yang harus menjadi domba kurban demi diriku. Ayahku pasti menyembelihnya sebelum di masak oleh ibuku untuk aku nikmati. Mereka-pun terus memberikanku sup domba itu, dan ternyata kali ini mereka berhasil.

Ternyata khasiat sup domba kurban itu sangat mujarab, hari terus berganti dan sup tersebut membuatku tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat, tidak seperti diriku dulu yang bahkan sulit untuk berjalan.

Belasan tahun kemudian aku sudah menjadi seorang dewasa yang sukses, dan bahkan memiliki seorang tunangan yang cantik. Pada malam Natal, tunaganku dan keluarganya mengundangku untuk makan malam. Mereka membuatkan sup domba khusus untukku. Mungkin mereka ingin aku bernostlagia dengan masakan ibuku dulu, dan ingin membuatku merasa seperti dirumah.

“Apakah rasanya enak?” tanya tunanganku dengan penuh harap ketika aku menyuap sup tersebut masuk ke mulutku.

Aku tersentak dan membeku.

I.. ini pasti salah.

Seumur hidupku, aku tak pernah merasakan masakan yang seperti ini sebelumnya.

 

There are things known and there are things unknown, and in between are the doors of perception ~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
error: Alert: Konten Dilindingi !!