CreepyPasta Indonesia: The Nail
“Waktunya untuk terlelap. The Nail sudah dekat.”
“Anak penurut tak perlu takut”
“Sekarang tutup mata kirimu, lalu yang kanan”
“Dan saatnya ucapkan selama malam.”
~~~
Lagu tersebut adalah lagu “Nina Bobo” yang selalu dinyanyikan ibuku. Aku tak pernah memikirkan tentang makna lagu itu hingga aku berumur 9 tahun. Aku pikir itu hanya lagu pengantar tidur biasa yang mungkin dinyanyikan oleh seluruh ibu yang ada di kota ini.
Namun ketika aku menanyakan mengenai lagu tersebut pada teman-temanku, mereka bingung. Tak ada yang pernah tahu lagu itu.
Hingga hari ini, setiap malam ketika aku beranjak untuk tidur, ibuku selalu menyanyikan lagu tersebut. Aku selalu mengikuti apa yang ada di liriknya. Menutup mata kiriku, kemudian mata kananku lalu mencoba untuk terlelap.
Namun, hari ini aku memutuskan untuk membaliknya. Aku hanya iseng saja. Sumpah, aku tidak mengharapkan apapun terjadi, itu murni hanya karena rasa ingin tahu seorang bocah kelas 3 SD.
Pertama ketika ibuku menyanyikannya, aku mengikuti liriknya terlebih dahulu. kemudian setelah ibuku meninggalkan kamarku, aku langsung membuka mataku, kemudian kali ini aku menutup mata kananku terlebih dahulu, lalu yang kiri.
Lalu saat aku membuka mata lagi. Aku melihat seseorang.. atau sesuatu, berdiiri di tengah-tengah cahaya remang yang masuk melewati jendela kamarku. Aku melihat sesosok pria berdiri di pojok ruanganku.
Ia berdiri membelakangiku, Kupikir, ketika aku menutup dan membuka mataku lagi, orang itu akan membalikan badannya. Namun ia menghilang.
Aku masih ingat, pikiranku sangat kacau. Aku berpikir apakah itu hanya imajinasiku saja. Tapi bagaimana jika itu nyata? bagaimana jika memang ada seseorang disana, dan hanya bisa kulihat jika aku menutup mata kananku terlebih dahulu?
Aku tak pernah melihat ia sebelumnya karena sepertianya ia tidak mengganggu, apa mungkin ia tidak berbahaya? Tapi aku tetap takut kalau ia akan menyakitiku.
Meskipun aku takut, namun rasa penasaranku saat itu mengalahkan rasa takutku. Jadi aku mencoba menutup mata kananku kembali. Aku melihat ke pojok ruangan, tidak ada siapa-siapa disana.
Ternyata ia ada disamping ranjangku. Dengan jarak sedekat itu aku bisa melihat ia memegang sebuah pisau dan mengarahkannya tepat di atas dadaku.
Aku langsung melompat dari ranjang sesaat sebelum ia menjatuhkan pisau tersebut. Terdegar suara pisau tersebut mencabik-cabik selimutku. Aku lalu membuka mata kananku, namun ternyata ia masih ada disana.
Ia menoleh dan tersenyum ke arahku dan aku memutuskan untuk pergi mencari ibuku.
Ia langsung mengejarku ketika aku berjalan menuju pintu kamarku. Ternyata selama ini aku salah, tadinya kukira ia adalah seorang pria, tapi aku juga tidak bisa mengatakan bahwa ia adalah seorang perempuan.
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi wajahnya tidak bisa dijelaskan. Ia mungkin keduanya atau bahkan bukan keduanya. Saat itu yang kupikirkan hanya bagaimana caranya menyelamatkan nyawaku. Namun ada 3 hal yang sangat kuingat darinya:
Pertama ia memiliki satu mata melotot yang menyala di sebelah kiri, dan disebalh kanannya, kosong, matanya hanya ada satu.
Kemudian mulutnya, ia tersenyum, mulutnya terbuka lebar, tapi di antara kedua bibirnya, seperti tak ada bukaan atau rongga mulut, ia juga tak memiliki gigi, yang kulihat mungkin seperti lempengan keramik yang rata dengan garis-garis yang dilukis diatasnya agar terlihat menyerupai gigi.
Dan ketiga adalah hal yang paling menyeramkan, yaitu kukunya. Yang sebelumnya kukira pisau, ternyata itu adalah kukunya. Semua jarinya normal kecual jari tengahnya. Jari tengahnya sangat besar hingga ukuran yang menjijikan, dan kukunya tajam melengkung seperti pisau mencuat dari ujung jarinya.
Aku terus berusaha keras membuka pintu, sialnya disaat seperi ini pintuk kamarku macet. Makhluk itu terus mendekatiku sambil meringis bengis, kukunya terus terarah kepadaku.
Akhirnya di detik-detik terakhir sebelum ia berhasil menghunuskan benda tajam itu ke dadaku lagi, aku berhasil membuka pintu dan berlari sambi menjerit menuju kamar ibuku.
Aku tak menoleh. Aku hanya terus berlari. Dan ketika aku sampai di depan kamar ibuku, aku langsung masuk melompat ke atas tempat tidurnya.
Ibuku sepertinya sudah tertidur dan kurasa aku membangunkannya. Dengan mata yang masih mengantuk, ia bangun dan menoleh ke arahku, sambil berkata.. “Ada apa sayang?”
“Aku melihatnya,” jawabku terisak, “Aku melihat The Nail!”
“The Nail?” tanya ibuku.
Aku segera memeluk ibuku. “Iya, The Nail! Dari lagu itu! Aku tadi menutup mata kananku dulu, lalu aku melihatnya!”
“Lagu apa Nak? Ibu tak mengerti maksudmu …” jawab ibuku bingung.
Aku menatap ibuku dengan mata berkaca-kaca, “Lagu nina bobo yang selalu ibu nyanyikan setiap malam di kamarku sebelum aku tidur.”
Wajah ibuku langsung tampak bersalah.
“Nak, maafkan ibu. Aku tahu ibu salah, selalu pulang larut malam sehingga agak mengabaikanmu. Namun ibu tak pernah menyanyikan lagu nina bobo di kamarmu. Tiap kali ibu ingin masuk ke kamarmu untuk mengucapkan selamat malam, kau selalu sudah tertidur.”