Sekarang adalah akhir Oktober, bukannya memilih kostum halloween, Jimmy malah menghabiskan waktunya di rumah sakit. Ia terjebak di sana hingga pengobatan radang amandelnya selesai.
Orang tuanya sedang berada di resepsionis mengurusi segala administrasi dan biaya perawatan yang menunggu. Saat itu juga seorang perawat berjalan menelusuri lorong ke kamar Jimmy di rawat.
Ketika tiba di sana, ternyata keributan besar sedang terjadi. Ada seorang bocah laki-laki tepat di samping ranjang Jimmy berteriak, “Aku bukan Marvin! Aku bukan Marvin!” kepada kedua perawat yang sedang berusaha menenangkannya.
Salah satu perawat mempersiapkan jarum suntik besar, sedangkan rekannya menutup tirai tempat tidur dan berusaha menahan bocah tersebut agar dapat segera di suntik dengan obat penenang.
Teriakan bocah tersebut yang semula nyaring perlahan-lahan mulai melemah dan akhirnya tak terdengar lagi. Kedua perawat tersebut membuka tirai dan meninggalkannya terkapar tak sadarkan diri di ranjangnya.
Jimmy yang penasaran, bertanya kepada perawat tersebut mengenai apa yang baru saja terjadi.
“Besok pagi kakinya harus diamputasi.” jawabnya. “Bocah malang tersebut sepertinya sangat ketakutan dan berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bukanlah dirinya. Mungkin ia berpikir jika berkata ia bukan Marvin, maka ia tidak perlu menjalankan operasi tersebut.”
“Tapi, apa kalian yakin dia memang Marvin?” tanya sean.
“Tentu saja,” jawab perawat itu. “Tertulis jelas di papan namanya”.
Tak beberapa perawat lainnya datang bersama orang tua Jimmy, membawakan makan malam. Meskipun lapar, Jimmy hanya bisa menelan beberapa suap saja. Bukan karena radang amandel yang ia derita, namun karena makanan rumah sakit terasa sangat menjijikan.
Kemudian, ia memilih untuk berbaring dan menatap langit-langit rumah sakit, membayangkan betapa meriahnya suasana halloween di luar sana. Hingga akhirnya tak beberapa lama ia mulai terlelap.
Tengah malamnya, entah kenapa Jimmi tiba-tiba terbangun. Saat itu ia juga melihat Marvin yang sepertinya juga sudah tersadar dari obat penenangnya.
“Hai Marvin,” sapanya “Aku Jimmy, teman sekamarmu”
“Aku bukan Marvin,” balas bocah tersebut sambil mengusap kepalanya.
Jimmy mencoba memulai permbicaraan dengannya, tapi sepertinya bocah tersebut masih kesal dan tak mau berbicara sama sekali. Dia hanya duduk berdiam diri di ranjangnya.
Merasa kantuk mulai kembali menyerang, Jimmy memutuskan untuk tidur dan mengucapkan selamat malam kepada bocah itu. Namun bocah tersebut hanya membalas dengan tatapan dan ekspresi wajah yang aneh.
CreepyPasta Indonesia: Akhir Yang Mengejutkan
Keesokan paginya, saat Jimmy membukan mata. Ia terkejut karena sudah ada dua dokter yang duduk di sebelahnya.
“Selamat Pagi Marvin” sapa salah satu dokter. “Persiapkan dirimu untuk operasi hari ini, yah”
“Apa? tapi aku bukan Marvin” jawab Jimmy kebingungan.
“Para perawat sudah memperingatkan kami tentang dirimu, dan memberi tahu bahwa kau akan berkata seperti itu” jawab dokter itu.
“Tunggu, kalian membuat kesalahan besar” jawab Jimmy panik. “Aku memang bukan Marvin!”
Salah satu dokter tersebut memeriksa papan medis di sebelah ranjangnya.
“Ya, tentu saja. Jika itu tidak tertulis di papan medis anda.” jawab sang dokter sambil memperlihatkannya kepada Jimmy
“Ta.. tapi itu bukan milikku” teriak Jimmy “Seseorang pasti telah menggantinya!”
Jimmy mulai berontak, tapi para dokter sudah mempersiapkan jaket khusus untuk mengantisipasi masalah tersebut. Jimmy yang sudah tak dapat berkutik dibawa keluar ruangan menggunakan kursi roda, ia terus berteriak “Aku bukan Marvin! Aku bukan Marvin!”
Dan hal terakhir yang ia lihat sebelum meninggalkan ruangannya adalah wajah tersenyum Marvin asli yang ternyata bersembunyi di balik pintu.