Salah satu pembunuhan besar-besaran paling mengerikan di Indonesia terjadi secara tiba-tiba. Dan berawal dari seorang pria yang akrab disapa Ahmad Suradji, yang merupakan seorang peternak sapi yang tinggal di Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
Meskipun dia adalah seorang pekerja sederhana, dia juga mengaku telah lahir dari seorang dukun… dukun yang sakti, dan dia juga mengatakan bahwa dia telah mempelajari ilmu hitam serta mencapai kekuatan supernatural yang tak terhitung jumlahnya dalam prosesnya.
Tidak diketahui seberapa banyak sebenarnya dia menguasai ilmu hitam dan perdukunan seperti yang dia klaim, tetapi dia memang memiliki sejarah pelanggaran dan pencurian saat remaja, dan telah dipenjara beberapa kali sehingga merusak reputasinya di masyarakat.
Pengucilan inilah yang diduga menyebabkan dia berusaha mengasah kekuatannya untuk digunakan demi kebaikan, Dia mulai bekerja sebagai tabib di kotanya, dan tak lama kemudian dia dipuji sebagai dukun yang sakti, serta dipercaya memiliki kekuatan Datuk Maringgih. Mulai dari penyembuhan, menanamkan kecantikan pada wanita, hingga menggerakkan awan di langit.
Namun, ternyata ada rahasia gelap yang mengintai di bawah permukaan, karena dukun Suradji terbukti menjadi salah satu pembunuh paling aneh dan “produktif” yang pernah ada di Indonesia. Kasus ini juga diliputi oleh kegiatan paranormal dan ritual-ritual aneh yang dilakukannya .
Dukun Ahmad Suradji Sang Pembunuh Berantai
Menurut Suradji, semua yang dia lakukan rupanya berawal dari mimpi. Dia mengklaim bahwa pada tahun 1986 ayahnya yang telah meninggal, yang juga dipercaya sebagai dukun sakti, datang kepadanya dalam mimpi.
Mimpi itu begitu jelas dan terucapkan sehingga Suradji tahu bahwa itu adalah roh ayahnya, dan roh ini kemudian memberitahunya bahwa dia harus meminum air liur 70 wanita muda agar dia meningkatkan kekuatan supernatural dan menjadi abadi.
Tentunya, ini bukanlah tugas yang wajar untuk diselesaikan oleh siapapun, tapi Suradji percaya akan mimpi tersebut.
Namun masalahnya adalah dia menafsirkan mimpi tersebut dengan caranya sendiri, cara yang benar-benar gila. Dia berpikir bahwa cara terbaik untuk mengumpulkan air liur wanita muda ini adalah dengan membunuh para wanita itu dan mengambilnya.
Suradji akan mengatakan tentang hal ini:
Ayah saya tidak secara khusus menyarankan saya untuk membunuh orang, jadi saya pikir akan memakan waktu lama jika saya harus menunggu untuk mendapatkan 70 wanita. Karena saya berusaha ingin mencapainya secepat mungkin, maka saya menggunakan inisiatif sendiri untuk membunuh.
Untuk menemukan korbannya, Suradji kemudian menggunakan tipu muslihat dengan menjadi seorang dukun yang ahli dalam beberapa hal, seperti membantu berbagai masalah hidup, membuat wanita menjadi cantik, merapal mantra tertentu untuk mereka, melihat nasib, penyembuhan, hingga menyampaikan pencerahan, nasihat dan kebijaksanaan.
Dengan sebagian besar orang yang datang adalah wanita, maka Suradji dapat dengan mudah memenuhi tugasnya. Cara yang dia lakukan adalah, dengan mengajak setiap korban keluar ke salah satu ladang tebu terpencil yang ada di daerah tersebut, kemudian meminta mereka mengubur diri hingga pinggang dengan dalih sebagai bagian dari ritual untuk membantu permasalahan mereka.
Namun semua itu hanya tipuan, karena setelah korban mengubur diri mereka, Suradji kemudian akan mencekik mereka dengan kabel dan secara dengan paksa meminum air liur mereka, kemudian merampok semua uang dan barang berharga mereka.
Jenazah kemudian akan dikuburkan dengan kepala menghadap ke arah rumah Suradji dan dibiarkan membusuk. Dia terus melakukan ini selama 11 tahun, membunuh lebih dari 40 wanita antara usia 11 hingga 30 dalam prosesnya.
Lebih dari satu dekade Suradji berhasil melakukan tindakan bengisnya tanpa dicurigai, hingga suatu saat ada seseorang yang menemukan salah satu korbannya, dan setelah diidentifikasi, sang korban adalah wanita lokal, bernama Sri Kemala Dewi.
Diketahui Dewi yang berusia 21 tahun pernah meminta seorang penarik becak berusia 15 tahun bernama Andreas untuk membawanya ke rumah Suradji pada tanggal 24 April 1997, dan Dewi secara khusus menginstruksikan kepada pemuda tersebut untuk merahasiakannya.
Ketika jasadnya ditemukan secara kebetulan membusuk di ladang tebu, tiga hari kemudian Andreas memberitahu polisi kemana tujuan dia saat itu, yang tak lain adalah rumah Suradji.
Polisi segera mendatangi rumah Suradji dan menginterogasinya, tentu saja Suradji akan menyangkal semuanya, tetapi untungnya polisi berhasil menemukan tas tangan dan gelang Dewi yang berada di dalam rumahnya.
Ketika dia dibawa untuk diinterogasi lebih lanjut, dia dengan santai mengakuinya, dan tidak hanya pembunuhan Dewi, tapi juga pada 42 pembunuhan lainnya.
Dia akan mengatakan:
Kita semua adalah manusia, kita memiliki kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Jika saya ingat dengan benar, saya telah membunuh 42 wanita. Saya yakin saya akan tertangkap. Saya tidak mencoba melarikan diri ketika saya melihat polisi, karena saya telah pasrah pada nasib saya.
Suradji dengan tenang mengatakan kepada polisi bahwa perempuan lain dimakamkan di lapangan yang sama, dan ketika penggalian dilakukan, mereka menemukan tumpukan mayat di sana, tetapi sudah terlalu membusuk untuk diidentifikasi.
Polisi cukup yakin bahwa mungkin ada lebih dari 42 jenazah di sana, serta barang-barang pribadi yang tak terhitung jumlahnya di rumah Suradji, penemuan ini juga bisa menjelaskan mengapa banyak wanita yang hilang di daerah tersebut pada saat itu.
Ketika dia dibawa ke pengadilan, dia akan segera melibatkan salah satu dari tiga istrinya, bernama Tumini. Dia mengatakan bahwa Tumini telah membantunya untuk menenangkan korban ini (Dewi) dan membuang mayatnya.
Dia akan mengatakan tentang peran istrinya dalam pembunuhan Dewi:
Malam itu dia (Dewi) ketakutan, karena kami harus berjalan kaki melewati kuburan untuk menuju perkebunan tebu. Saya mengatakan kepadanya bahwa semua akan baik-baik saja, tetapi dia bersikeras agar istri saya menemani kami untuk ritual itu. Dewi lah yang meminta istri saya ikut dan begitulah bagaimana istri saya mengetahui tentang pembunuhan itu.
Jika saya mengubur korban saya tanpa lapisan (Pakaian, dsb), tubuh mereka akan membusuk lebih cepat. Jadi saya menelanjanginya dengan bantuan istri saya, menggulung pakaiannya, memasukkannya ke dalam kantong plastik. Lalu saya pulang.
Saat persidangan berjalan, ia masih jauh dari target korbannya yang berjumlah 70 orang, dan sepertinya kekuatan gaibnya tidak membantu mencegahnya dari hukuman mati, sebuah hukuman yang sangat jarang dilakukan di Indonesia pada saat itu.
Pada 27 April 1998, Ahmad Suradji dinyatakan bersalah dan divonis mati oleh regu tembak yang dilakukan pada tahun 2008. Para istri dibebaskan kecuali Tumini, yang semula juga dijatuhi hukuman mati namun diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup.
Di Indonesia, dimana ilmu gaib dianggap nyata, dukun dianggap sebagai pemecah masalah instant, dan masih banyaknya penduduk setempat yang percaya takhayul, kasus ini hanya dianggap sebagai kasus “dukun jahat”, sehingga banyak orang yang tidak berempati dan menganggapnya biasa.
Bahkan seorang tabib lokal berkata:
Kasus dari Ahmad Suradji ini adalah penyimpangan. Jika Anda tidak memiliki latar belakang yang benar, pendidikan yang benar, atau guru yang tepat, maka segala sesuatunya bisa menjadi sangat buruk.
Kasusnya Dukun Ahmad Suradji ini bahkan diketahui hingga mancanegara, dengan sebagian besar dunia Barat dikejutkan dengan apa yang dilakukannya. Bahkan Suradji “Dipuji” sebagai salah satu pembunuh berantai paling mengerikan sepanjang sejarah.