Meskipun teori konspirasi umumnya dilihat sebagai penyangkalan sejarah aktual atau realitas itu sendiri, hipotesis ini dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami peristiwa sebenarnya yang tampaknya terhubung. Secara khusus, pola-pola ini digunakan untuk memberi pengaruh kepada banyak orang atau organisasi pada peristiwa dan situasi negatif.
Beberapa hal mungkin tidak dibenarkan, tetapi mereka yang percaya pada skema besar ini biasanya dianggap sebagai orang bodoh, mengalami gangguan mental, atau yang paling buruk, dianggap berbahaya.
5 Teori Konspirasi Gila yang Ternyata Benar
Padahal, reputasi buruk itu hanyalah karena teori konspirasi yang pada dasarnya bertentangan dengan kepercayaan umum dan tidak dapat dibuktikan secara langsung, setidaknya pada awalnya. Dan di bawah ini adalah 5 Teori Konspirasi gila yang ternyata benar, dan berhasil memuat publik menggaruk-garuk kepala dalam kebingungan.
1. Eksperimen Sifilis Tuskegee
Pada tahun 1932, Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat dan Institut Tuskegee memulai Studi Tuskegee tentang Sifilis (Raja Singa) yang “Tidak Diobati” pada seorang Pria kulit hitam untuk mencatat sejarah alami sifilis dan menganalisis perbedaan antara ras pria kulit hitam dan kulit putih.
Penelitian ini melibatkan 600 pria kulit hitam di Macon County, Alabama, 399 di antaranya telah tertular sifilis dan 201 di antaranya tidak. Eksperimen ini seharusnya berlangsung hanya 6 bulan, tetapi yang terjadi justru lebih mengerikan, yaitu selama 40 tahun. Dan mereka diberitahu bahwa mereka hanya menderita kelainan “Darah Buruk”.
Peserta menerima pemeriksaan kesehatan gratis, makan, dan asuransi pemakaman, tetapi mereka tidak pernah diberitahu bahwa mereka sebenarnya menderita sifilis dan tidak pernah dirawat karena penyakit menular tersebut.
Banyak yang menemukan penyakit mereka yang sebenarnya setelah mendaftar untuk wajib militer dalam Perang Dunia II, tetapi pilihan untuk mereka hanyalah meminum penisilin atau keluar dari penelitian (dimana mereka akan kehilangan semua tunjangan kesehatan, makanan dan asuransi).
Pada tahun 1972, Associated Press menerbitkan sebuah cerita yang menyebabkan kemarahan publik dan pertemuan Panel Penasihat Ad Hoc yang menemukan bahwa penelitian ini secara etis tidak dapat dibenarkan.
Studi mengerikan ini kemudian berakhir dan diikuti oleh gugatan class-action (gugatan perdata yang diajukan oleh satu orang atau lebih yang mewakili kelompok yang dirugikan) yang diselesaikan di luar pengadilan untuk 10 juta dolar dan tunjangan medis seumur hidup.
Namun, bagi banyak dari mereka, semuanya sudah terlambat; pada 1970-an, hanya 128 dari 399 orang yang masih hidup, sementara 49 istri dan 19 anak mereka juga terjangkit penyakit tersebut. Terlepas dari permintaan maaf presiden kala itu, Eksperimen Tuskegee tetap menjadi simbol kuat rasisme Amerika dan penyalahgunaan pemerintah terhadap orang miskin.
2. Proyek MK Ultra
Untuk waktu yang lama, pemerintah Amerika Serikat membantah bahwa Central Intelligence Agency (CIA) telah menjalankan eksperimen pada warga sejak 1950-an dan seterusnya.
Namun, pengarsipan Undang-Undang Kebebasan Informasi pada tahun 1977 mengungkap 20.000 dokumen yang sebelumnya diklasifikasikan akan mengarah ke serangkaian teori konspirasi gila tentang program pengendalian pikiran CIA.
Ketika semua itu terungkap, bukti dengan jelas menunjukkan bahwa pemerintah telah mengorganisir pengobatan warga Amerika dengan obat-obatan, hipnosis, persuasi bawah sadar, perampasan sensorik, terapi kejut listrik, pelecehan verbal dan seksual, dan bahkan penyiksaan.
Tujuan dari semua metode tersebut adalah untuk bereksperimen dalam modifikasi perilaku dengan harapan pengembangan program untuk agen pemerintah.
Terlepas dari sejumlah besar bukti yang memberatkan agen pemerintan ini, Direktur CIA Richard Helms kemungkinan besar menghancurkan file yang paling memberatkan di MK Ultra pada tahun 1973. Selain itu, pemerintah mengontrakkan proyek-proyek semacam itu ke lebih dari 80 perusahaan farmasi, penjara, rumah sakit, dan universitas yang berbeda.
Akibatnya, sebagian besar operasi program tetap tidak jelas, dan sampai hari ini tidak ada juga yang diadili untuk program mengerikan tersebut atau studi akan dampak negatifnya kepada peserta yang bahkan tak menyadarinya.
3. Operasi Mockingbird
Meskipun media kontemporer sering dikritik karena tampaknya berkolaborasi dengan pejabat pemerintah, CIA pernah secara aktif mencoba mengendalikan media massa. Menjelang awal Perang Dingin,
Direktur Kantor Proyek Khusus Frank Wisner meluncurkan proyek rahasia untuk membeli pengaruh di media besar. Dia secara khusus mendirikan Mockingbird berdasarkan arahan dari atas untuk membentuk sebuah organisasi yang terlibat dalam sabotase, propaganda, dan subversi negara musuh melalui media domestik dan asing.
Wisner kemudian akan meminta wartawan dan organisasi berita, termasuk tokoh-tokoh saat ini seperti Philip Graham, penerbit Washington Post. Akibatnya, mereka akan menjadi mata-mata dan propagandis sejati.
Agen-agen ini kemudian memegang jabatan di ABC, NBC, CBS, Associated Press, Reuters, Hearst Newspapers, dan pemain kunci lainnya di media berita. Sehingga pada 1950-an, CIA memiliki jaringan agen yang luas di organisasi berita, bisnis, dan universitas paling terkemuka di Amerika.
Baru pada 1970-an Rolling Stone dan The New York Times melaporkan tumpang tindih antara CIA dan organisasi berita terkemuka, diikuti dengan sebuah laporan Kongres pada tahun 1976 yang mendokumentasikan ketergantungan CIA pada jaringan ratusan individu asing di seluruh dunia dengan tujuan intelijen dan pengaruh pada opini publik melalui propaganda.
Meskipun Mockingbird dihentikan secara publik, banyak yang percaya bahwa program tersebut masih berlanjut hingga hari ini.
4. Operasi Northwoods
Di masa lalu, para ahli teori konspirasi yang dianggap gila mengklaim bahwa militer Amerika Serikat telah mengembangkan rencana untuk memprovokasi perang dengan Kuba.
Untuk waktu yang lama, teori itu dianggap gila dan aneh – setidaknya sampai Kongres Amerika mengesahkan undang-undang pada 1990-an untuk membuat catatan seputar Presiden John F. Kennedy lebih transparan.
Ternyata, Ketua Lyman Lemnitzer memimpin Kepala Staf Gabungan militer dalam menyusun dan menyetujui rencana semacam itu. Pada awal 1960-an, mereka mengembangkan panduan terperinci untuk gelombang aksi teroris yang akan membangun dukungan untuk perang melawan tetangga komunis mereka.
- Warga akan di bom dan ditembak di jalan.
- Sebuah pesawat Kuba akan menembak jatuh sebuah pesawat mahasiswa
- Perahu-perahu pengungsi akan tenggelam di Teluk Meksiko.
Rencana lain juga termasuk ledakan sebuah kapal AS di teluk Guantanamo dan pembunuhan nyata astronot John Glenn di tengah penerbangan – dengan Kuba dan Fidel Castro yang akan disalahkan. Tetapi untungnya rencana untuk menggulingkan Castro dengan membangun dukungan publik dan internasional ini tidak pernah terwujud.
Setelah menyampaikan rencana itu kepada Menteri Pertahanan Robert McNamara pada bulan Maret 1962, Presiden Kennedy akan memberitahu Lemnitzer tiga hari kemudian bahwa tidak mungkin kekuatan itu dapat digunakan untuk merebut Kuba. Tak lama kemudian, Lemnitzer sendiri digeser ke pekerjaan lain.
5. Pemerintah AS Secara Ilegal Memata-matai Warganya Sendiri
Teori konspirasi gila lainnya yang telah lama ditolak adalah dugaan bahwa Administrasi Keamanan Nasional (NSA) secara ilegal menyadap warga Amerika sendiri.
Teori khusus ini sebenarnya sudah ada sangat lama dan memiliki sejarah panjang, dan baru memperoleh perhatian kembali setelah peristiwa 9/11 karena dorongan oleh lembaga pemerintah untuk memantau semua komunikasi dalam mencegah tindakan teroris.
Seperti yang baru-baru ini diungkapkan oleh Direktur Intelijen Nasional, bahwa status pengawasan sangatlah ketat. Seperti yang juga ditunjukkan oleh dokumen Snowden, banyak program, institusi, dan perusahaan terus-menerus memantau telepon seluler, email, dan catatan komunikasi lainnya.
Dan yang paling mengejutkan, semua cakupan pengawasan pemerintah tersebut justru jauh lebih buruk, melampaui dugaan terliar kebanyakan ahli teori konspirasi. Padahal nyatanya, pengumpulan data yang konstan ini sama sekali tidak memiliki manfaat yang jelas.
Pada tahun 2014, The Washington Post melaporkan bahwa hampir 90% data yang dikumpulkan oleh pengawasan NSA tidak terkait dengan terorisme.
Pada saat yang sama, American Civil Liberties Union (ACLU) telah mengajukan gugatan yang mengklaim bahwa pengawasan ini melanggar hak Amandemen Keempat untuk privasi dan hak Amandemen Pertama untuk kebebasan berbicara dan berserikat.
Jika ditelaah lebih jauh lagi, sebenarnya mengumpulkan setiap kemungkinan data pada dasarnya merugikan diri sendiri. Tidak hanya biaya yang besar, bahkan ketika informasi seperti penggunaan senjata kimia Suriah terungkap, pihak Amerika tidak dapat begitu saja campur tangan.
Selain uang, “biaya” terbesar lainnya adalah hilangnya privasi, kebebasan, rasa aman, dan rasa saling menghormati yang seharusnya menyatukan masyarakat.
Pada dasarnya, pemerintahan terdiri dari manusia yang tidak sempurna dan bisa saja salah seperti lembaga sosial lainnya. Kita harus menjaga mereka dengan standar yang jelas dan evaluasi rutin untuk mencegah terjadinya ketidakadilan. Pada saat yang sama, berhati-hatilah dengan apa yang kamu anggap remah, aneh, gila dan sering terabaikan.
Lain kali jika kamu mendengar teori konspirasi yang tampaknya hanya seperti khayalan dan delusi seseorang, luangkanlah waktu sejenak untuk menyelidikinya sebelum kamu memutuskan bahwa itu terlalu mustahil untuk menjadi kenyataan. Jika tidak, kamu mungkin menyesalinya ketika semuanya sudah terlambat.