BODOH, BODOH, BODOH !
itulah aku.
Semua ini dimulai ketika aku mengajak putriku jalan-jalan ke tengah hutan. Cuaca saat itu sangat cerah dan aku hanya ingin menikmati keindahan alam berdua saja dengan anak kesayanganku.
Kami berjalan di jalur setapak yang terbuat dari batu dengan rerumputan tipis di sekitarnya, putriku mulai berimajinasi dan dengan ditambah rasa ingin tahunya yang besar, ia mulai menanyakan berbagai macam hal.
Apakah di hutan ini ada kuda unicorn? apa di hutan ini ada peri-peri kecil? tanyanya. Aku hanya tertawa menanggapinya, sepertinya aku terlalu banyak membacakan cerita dongeng untuk putriku ini.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi hutan. Namun aku melakukan satu kebodohan, ya, aku mengajaknya ke sumur permohonan tua itu, sumur yang dimana banyak orang mengucapkan permohonan dengan melemparkan satu koin ke dalamnya.
Ketika sampai, ternyata putriku sangat tertarik dengan sumur itu.
“Apakah Mama pernah membuat permohonan di sumur ini?” tanyanya.
“Tentu saja Sayang. Mama dulu membuat dua permohonan. Pertama Mama meminta supaya kamu lahir, dan sekarang lihat, di sinilah engkau. Semua itu hanya membutuhkan ongkos satu koin saja.” jawabku sambil tersenyum kepadanya.
Dia tersenyum manis. “Lalu apa keinginan keduanya?” lanjutnya.
“Supaya kamu ada lagi.” jawabku.
“Tapi kan aku sudah ada di sini?” tanyanya bingung.
Aku tersenyum, “Ya kau benar, Tapi Mama hanya tak ingin kehilanganmu. Mama membuat keinginan kedua itu ketika kau masih bayi. Saat itu kau sakit panas dan dokter berkata mereka tak bisa menyembuhkanmu. Mama akhirnya menjatuhkan satu koin lagi dan kaupun sembuh. Apa kau senang Mama membuat permintaan itu?”
“Ya. tentu saja” katanya senang, “Apa Mama pernah membuat permohonan untuk Ayah juga?” tanyanya lagi.
Aku terdiam mendengar pertanyaan itu. Ia memang mengerti bahwa ayahnya sudah meninggal, tapi dia tidak pernah tau apa sebabnya.
•••
Waktu itu aku memang sudah dibutakan oleh perasaanku. Aku jatuh cinta dengan laki-laki lain, ketika suamiku masih ada. Akhirnya hanya itulah satu-satunya jalan, aku menjatuhkan satu koin ke sumur dan berharap bahwa suamiku tidak pernah ada di dunia ini.
Benar saja, beberapa hari kemudian ia meninggal dunia karena sebuah kecelakaan mobil, meninggalkan Aku dan Daniel yang dengan senang hati menikahiku.
•••
“Tidak nak, Mama tak pernah membuat permohonan untuk ayah-mu. Lagipula, ini hanya sumur tua biasa dengan mitosnya saja” jawabku kepada putriku.
Dan malam harinya, aku mendengar suara ketukan di pintuku. Ada suara geraman kasar yang terdengar seperti memanggil namaku. Bau busuk yang menjijikan juga mulai tercium dari luar. Tak lama setelah itu terdengar suara kaca pecah diikuti dengan sebuah tangan yang tak tersisa dagingnya mencoba memaksa masuk ke dalam rumah.
BODOH, BODOH, BODOH !
Apa sih yang kupikirkan saat mengajak putriku ke sana. Memangnya apa lagi yang akan diminta seorang anak gadis yang merindukan ayahnya pada sebuah sumur permohonan?