Setelah serangkaian penundaan yang cukup lama, dan syuting ulang yang direncanakan tidak pernah terjadi, serta pemecatan akibat akuisisi studio, The New Mutants akhirnya dirilis di tengah pandemi ini.
Ini menandai akhir yang aneh dari adaptasi film X-men versi Fox. Produk terakhir ini, langsung dapat kamu temukan di rak film Blu-Ray pada 17 November kemarin setelah rilisnya teater singkat film tersebut, yang sangat tepat mempresentasikan kacaunya perjalanan pihak produksi hingga naik ke layar lebar.
Review The New Mutants, Film Superhero Bergenre Horror Yang Asal-asalan
Review The New Mutants ini akan dimulai dengan fakta bahwa film ini berada sangat jauh dari komik original tahun 1982 buatan Chris Calremont dan Boc McLeod, yang dirancang untuk menghadirkan generasi X-Men berikutnya.
Film ini justru mengambil persimpangan antara drama remaja dan Horor versi John Hughes, yang tentunya sangat tidak berhasil. Meskipun ada beberapa potensi visual dan alur plot yang menarik.
Film The New Mutants diawali dengan pembukaan yang cukup suram, dimana Danielle “Dani” Moonstar (Blu Hunt) terbangung di tengah malam karena reservasi nya terkoyak oleh penyerang tak terlihat di tengah badai salju yang aneh.
Apapun itu, seseuatu tersebut sangat besar dan tak dapat dihentikan, meninggalkan Dani sebagai satu-satunya yang selamat. Setelah itu ia pingsan dan terbangun di sebuah fasilitas isolasi yang sangat aman dan dijalankan oleh Dr. Cecilia Reyes (Alice Braga).
Dr Reyes menjelaskan bahwa dia berada dalam program untuk mutan muda yang berjuang dengan kekuatan mereka yang sedang tumbuh, serta dijauhkan dari masyarakat umum untuk tujuan keamanan. Dengan kata lain, remaja ini dianggap berbahaya sampai mereka bisa mengendalikan diri.
Dani diperkenalkan dengan sesama lingkungannya; Illyana Rasputin (Anya Taylor-Joy) yang rasis dan abrasif, Sam Guthrie (Charlie Heaton) pria udik dari selatan, Bobby da Costa (Henry Zaga) mantan playboy, dan Rahne Sinclair (Maisie Williams) si manis katolik Skotlandia.
Setelah perkenalan tersebut, mereka berlima tiba-tiba diteror oleh oleh manifestasi fisik dari ketakutan dan ingatan terburuk mereka, memaksa mereka untuk berhadapan dengan diri mereka sendiri dan orang-orang yang menahan mereka.
Sang Sutradara Josh Boone, yang ikut menulis naskah dengan Knate Lee, menghabiskan paruh pertama yang panjang untuk mencoba membangun dinamika karakter, dengan fokus pada percintaan yang berkembang antara Dani dan Rahne.
Masalahnya adalah, tidak banyak karakterisasi serta chemistry di antara keduanya. Mereka layaknya pemeran figuran atau karakter cadangan yang diberi dialog tipis tanpa adanya pendalaman karakter yang bisa kamu temukan.
Semuanya hanya diberikan masa lalu tragis yang hanya terlihat sekilas tetapi tidak pernah sepenuhnya dieksplorasi dengan cara yang berarti. Bahkan karakter Sam dan Bobby hanya diberi ciri khas dari aksennya saja tanpa ada tambahan apapun yang berarti.
Hal yang paling membuat frustasi dan mengerikan untuk kamu yang berekspetasi tinggi dalam film ini, adalah fakta bahwa sang sutradara menjadikan prontagonis remajanya sebagai orang bodoh yang mutlak.
Mereka membutuhkan waktu yang hampir dari keseluruhan film untuk mencari tahu sesuatu yang bahkan dapat ditangkap oleh penonton dalam sepuluh menit pertama, yaitu fakta bahwa fasiltas tersebut adalah kabar buruk, dan para hantu yang menghantui karena rasa takut mereka adalah akibat dari kekuatan Dani.
Penggemar komik X-Men pasti ingin menjambak rambut mereka sendiri saat melihat “Essex Corporation” dalam korespondensi komputer Dr. Reyes, yang tak dapat disadari oleh para mutant remaja tersebut selain pertengkaran dan perselisihan mereka.
Hal tersebut mungkin sangat cocok dengan sifat para remaja jaman sekarang yang acuh tak acuh, tapi tetap saja, hal ini sangat tidak diperlukan dalam film bertema Superhero.
Sebagai kisah masa depan, The New Mutants benar-benar nol besar. Elemen horor tidak berjalan lebih baik, dan setiap para remaja mutan tersebut hanya berfokus pada masa lalu mereka yang kembali untuk menakut-nakuti mereka.
Selain itu, pengerjaan film ini juga terasa sangat hemat, sehingga tidak terasa seperti adanya ancaman yang menakutkan atau semacamnya, terutama untuk Illyana Rasputin, yang memiliki trauma seksual di masa kecilnya, dan seharusnya memberikan bahan bakar mimpi buruk berulang yang paling signifikan dan mengerikan.
Untungnya ketika adegan bagian ketiga tiba, The New Mutans mulai unjuk gigi. Karena tentu saja, ini adalah showstopper tontonan VDX besar yang wajib dipatuhi oleh sebagian besar film Superhero, tetapi hal ini juga akan menyuntikkan bahaya dan taruhan yang hilang dari dua pertiga bagian sebelumnya.
Dan yang paling penting, akhirnya film ini memberikan adegan penuh dari kekuatan para remaja ini. Sosok Illyana yang memiliki karakter buruk, namun memiliki kemampuan yang unik dan keterampilan membangun dunia miliknya sendiri menjadi salah satu alasan kamu harus menonton film ini, begitu juga dengan naga Lockheed kesayangannya.
Sebenarnya, banyak yang dapat ditingkatkan dalam film ini, cukup dengan memberikan lebih banyak suntikan adegan aksi dan horor yang akan memecahkan drama yang tak diperlukan untuk genre film ini.
Konsep di balik kisah The New Mutants sebenarnya adalah konsep yang solid dan menarik, serta dapat menghidupkan kembali kisah superhero awal yang sudah dikenal seblumnya.
Desain makhluknya luar biasa, dan sebenarnya kekuatan Dani bisa dibuat seperti film aksi horor gaya Dream Warriors yang luar biasa seandainya para tokoh prontagonisnya tidak dibuat terlalu “lugu”.
Film The New Mutants secara teknis telah dieksekusi dengan cukup baik, para pemainnya terlihat sudah mencoba apa yang terbaik dari mereka, dan bagian akhir film juga cukup seru.
Hanya saja, karena banyak peluang dan potensi yang dilewatkan dalam pembuatan genre Superhero dengan sentuhan Horor ini. The New Mutants nampaknya harus mengakhiri franchise X-men dengan sangat tidak memuaskan.
Oleh karena itu Rumah Misteri hanya bisa memberikan 2 minion untuk film ini.
penasarn ih ma film ini, superhero digabung horror