Aku tinggal bersama ibuku di kota, dan aku paling benci dengan suara dari tukang pembersih jendela di luar sana. Baiklah, mungkin itu terdengar bodoh, karena mereka hanya melakukan pekerjaan mereka dan mereka memang dibayar untuk itu. Sepertinya ibuku tidak punya waktu lagi untuk mengurusi jendela rumah karena harus bekerja di kantor.
Namun aku tidak pernah terbiasa dengan suara decitan dari alat pembersih yang terbuat dari besi bergesekan dengan kaca jendela kamarku, dan dimana setelah suara tersebut pasti akan diikuti dengan munculnya wajah seseorang yang asing. Ya, dia sih tukang pembersih jendela itu.
Aku selalu meninggalkan kamarku ketika mereka datang untuk membersihkan jendela. Ya, memang sih pekerjaan mereka itu tidak berlangsung lama, dan mereka hanya datang seminggu sekali, Untungnya lagi, karena kewajibanku sebagai murid sekolah membuatku semakin jarang bertemu mereka.
Tapi ketika liburan tiba, hal tersebut mulai menggangguku lagi, karena aku jadi lebih sering berada di rumah. Bahkan selama beberapa kali, aku pernah bertatapan muka langsng dengan mereka, karena waktu itu mereka tengah membersihkan jendela kamarku, dan aku yang tidak sadar langsung masuk ke kamar. – yang pintunya terletak berseberangan dengan jendela.
Entah kenapa aku takut, dan aku mencoba mengatasi rasa takut itu dengan mengatakan kepada diriku sendiri bahwa ketakutanku ini tidak beralasan dan merupakan hal yang konyol,
Aku jadi merasa tidak enak pada mereka. Mungkin mereka merasa menjadi badut, bukan karena mereka bisa menghibur, tapi karena mereka tanpa sengaja menakuti seseorang hanya karena mereka harus melakukan tugasnya. Mungkin mereka mengaggap rumah ini aneh karena memiliki seorang anak yang takut pada mereka.
Hingga hari itu terjadi…
Saat itu adalah liburan musim panas, dan kau tahu, suhu disini bahkan mungkin bisa untuk merebus sebuah telur. Jadi waktu itu aku membiarkan jendela kamarku sedikit terbuka. Seperti bocah seumuranku yang lain, aku menghabiskan waktu-ku untuk bermain games di komputer.
Telingaku tertutup rapat dengan Headphone gaming-ku, jadi suara apapun yang berasal dari luar tidak akan terdengar. Namun sudut mataku masih bisa melihat ke arah jendela yang perlahan terbuka semakin lebar, sangat halus, seolah-olah yang membukanya tidak ingin diketahui oleh siapapun.
Saat itu juga aku langsung pura-pura mengambil handphone dan menelepon ibuku. Saat itu juga jendela berhenti membuka, diikuti dengan suara familiar permukaan kaca yang bergesekan dengan alat pembersihnya dan diakhiri dengan suara tangga besi yang dilipat.
Sore harinya, ketika ibuku pulang. Aku masih gemetar karena insiden yang dilakukan tukang pembersih tadi. Aku melaporkannya kepada ibuku, dan entah kenapa wajah ibu langsung berubah pucat dan panik.
“Apa kau melihat penampilan atau wajah mereka, nak?” tanyanya. “Jika bisa kau harus mendeskripsikannya dengan detil kepada polisi”
Aku dibuat bingung dengan reaksi ibu. Pikirku, kenapa tidak ibu saja yang langsung menjelaskan ciri-ciri mereka kepada polisi, kan ibu kenal mereka.
Dan saat itulah ia mengatakan padaku, bahwa ia ternyata tak pernah memperkerjakan tukang pembersih jendela.