Ini adalah cerita lama, tapi aku harap kamu tidak keberatan. saat itu aku masih di sekolah dasar. Kalau tidak salah di bulan Agustus, tepat ketika liburan musim panas berakhir.
Kampung halamanku dekat laut dan ada tanggul yang membentang di sepanjang pantai. aku dan teman-teman dulu bermain di bukit kecil di dekat tanggul.
Karena liburan musim panas telah berakhir dan kami tahu kami tidak akan punya banyak waktu untuk melakukannya begitu kelas dimulai, jadi kami membawa skateboard untuk bermain di sana.
Aku menjadi sangat haus setelah beberapa saat bermain dan berjalan ke mesin penjual otomatis terdekat untuk membeli jus. Aku pergi sendirian, teman-temanku masih terus bermain skateboard di dekat tanggul, tetapi aku masih bisa melihat mereka dari tempatku berada.
Saat aku berjalan kembali, aku melihat sesuatu yang aneh.
“Ada yang hilang …” Aku berlari ke arah teman-temanku, dan memberi tahu mereka. “Yasu tidak ada di sini!”
Semua orang melihat sekeliling untuk memastikan, dan ternyata dia meman
Tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Saat itu, air sedang pasangg tidak ada disana.
“Tapi dia baru saja di sini,” kata seorang temanku bingung. dan angin bertiup kencang membuat ombak berderu ganas. Jika dia jatuh ke air, dia akan mendapat masalah serius.
Karena takut terjadi apa-apa dengan Yasu, kami semua mulai mencarinya dengan sungguh-sungguh.
Di dasar bukit terdapat rerumputan dan ilalang yang, di beberapa area, lebih tinggi dari kami. Kami berpencar dan melakukan yang terbaik untuk menembus rerumputan itu, sambil terus memangil nama Yasu.
Aku mulai takut akan kemungkinan yang terburuk ketika salah satu temanku berteriak.
“AKU MENEMUKANNYA!!!” Kei berteriak dengan kencang agar kami semua mendengarnya.
Aku berlari ke tempat suara itu berasal secepat mungkin. Yasu terbaring di tanah, Kei berjongkok di sampingnya. Wajah Yasu sangat pucat dan dia meringkuk seperti ulat, memegangi pergelangan kaki kirinya.
Wajahnya bersimbah peluh, dan dia menggumamkan omong kosong.
Ada yang tidak beres.
Untungnya, beberapa dari kami mengendarai sepeda, dan kami mampu menyeimbangkan Yasu untuk segera menuju rumah sakit. Dari sana kami menelepon orang tuanya.
Yasu didiagnosis mengalami patah tulang kompleks. Itu cukup aneh, retakan tulangnya naik secara vertikal.
Setelah orang tuanya tiba, mereka mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kami. Kami segera pergi setelah itu.
Hari Minggu setelah kelas dimulai, aku dan teman-temanku (tidak termasuk Yasu) kembali ke bawah bukit, tempat kami menemukan Yasu. Kami sedang mencari sesuatu, tetapi kami tidak yakin apa itu.
Kami hanya merasa ada sesuatu yang aneh. Kenapa Yasu pingsan di sana? Bagaimana dia bisa mematahkan tulangnya hingga separah itu? Saat itu, kami hampir merasa seperti detektif ketika kami perlahan-lahan menelusuri rerumputan mencari petunjuk.
Baca juga: Cerita Seram Boneka Yang Menua dan Boneka Okiku
Namun setelah berkeliling, kami tidak menemukan apapun. Teman-temanku mulai bosan mencari dan memilih untuk bermain skateboard, sedangkan aku memutuskan untuk di sana lebih lama.
Aku mulai putus asa, hingga akhirnya aku menyadari sesuatu yang tidak biasa, sebidang tanah di dekat tempat Yasu terbaring.
Tidak seperti di sekitarnya, lahan yang satu ini tidak tumbuh apapun. Aku mulai memperhatikannya lebih dekat, aku melihat sebuah gundukan hitam, dan seolah-olah ada sesuatu yang terbakar di sana. Sesuatu yang berbau seperti karet hangus berhembus di udara.
Ketika aku semakin dekat, aku melhat sesuatu yang membuatku merinding. Boneka. Gundukan itu ternyata terbuat dari boneka-boneka. Mereka tampak seperti boneka Kyoto dengan mata berbentuk Almond dan bibir yang kecil.
Mereka semua hangus. Sekitar 50 boneka.. tidak, bahkan mungkin lebih dari itu. Jantungku terasa berhenti ketika aku melihat satu boneka yang jatuh ke tanah di sekitar gundukan tersebut. Boneka itu baik-baik saja, kecuali kaki kirinya yang terbakar hangus.
Aku benar-benar ketakutan dengan apa yang aku lihat. Aku bahkan tidak memberitahu teman-temanku tentang hal tersebut saat itu. Aku hanya mengatakan pada mereka bahwa aku harus pulang dan meyakinkan mereka untuk segera pergi dari sana.
Ketika aku sampai di rumah. Aku mencoba memberitahu orang tuaku tentang kejadian yang aku alami. Tentu saja, pada awalnya tidak ada yang percaya padaku. Mereka hanya tersenyum dan mengangguk, lalu mencoba menghiburku dengan cara orang tau yang klasik.
Tapi begitu kata “boneka” keluar dari mulutku, ekspresi mereka seketika berubah serius, hingga kemudian akhirnya mereka menceritakan sesuatu yang membuatku menyesal telah mendengarnya.
Dahulu kala, kampung halamanku sebernanya masihlah bagian dari lautan. Hingga pada suatu hari, tanah tersebut direklamasi dan kemudian dibangun, namun dalam prosesnya beberapa orang meninggal. Untuk menghormati mereka yang meninggal, sebuah boneka dipersembahkan di sebuah kuil.
Ini terjadi setiap kali seseorang meninggal. Namun, semakin lama semakin tidak ada yang mengunjungi kuil itu lagi, sehingga keadaannya terbengkalai. Kuil tersebut ternyata berada di dekat tempat aku dan teman-temanku bermain skateboard.
Aku tidak tahu siapa yang membakar boneka itu, aku sudah mencoba bertanya kepada Yasu tentang apa yang sebenarnya terjadi kepadanya waktu di sana, tetapi dia memilih bungkam dan menolak untuk membicarakannya.
Sudah lama sekali sejak semua itu terjadi, dan hingga sekarang aku masih benci dengan boneka. Hanya dengan melihatnya saja sudah cukup untuk membuatku mengingat kejadian menyeramkan itu.
Wah, kok seram ya