Lima orang pendaki sedang berjuang melawan kuatnya terpaan badai salju yang berusaha menghalangi mereka untuk mencapai ke puncak gunung. Naasnya, salah satu dari mereka harus gugur dalam pendakian ini, dan meninggal dunia.
Karena kondisi cuaca yang ekstrem, keempat pendaki lainnya terpaksa harus meninggalkan tubuh temannya yang tewas tersebut.
Mereka berusaha untuk terus melanjutkan perjalanan sebelum gelap tiba dan membuat mereka semakin sulit untuk menentukan arah. Beruntungnya ditengah perjalanan mereka menemukan sebuah pondok dan memutuskan untuk beristirahat sejenak lalu melanjutkan perjalanan ketika badai sudah reda esok hari,
Pondok tersebut sudah terlihat sangat tua, namun untungnya masih kokoh untuk menahan amukan badai salju di luar. Tapi ternyata mereka telat menyadari bahwa pondok tersebut tidak memiliki listrik dan perapian sehingga mereka harus bertahan di cuaca yang sangat dingin dengan gelap gulita.
“Sial, aku jadi mengantuk. Jika tertidur di sini kita bisa terkena Hipotermia. Kita tidak boleh diam saja, kita harus menghangatkan diri!” ucap salah satu pendaki.
“Ya, Kau benar, kita mungkin mati jika sampai tertidur di kondisi seperti ini”
“Hmmm.. bagaimana jika kita melakukan sebuah permainan? Agar kita terjaga dan membuat tubuh kita lebih hangat.”
“Kurasa itu ide yang bagus, Permainan apa?”
“Begini, ruangan ini kan berbentuk segiempat. Nah, masing-masing dari kita berdiri di tiap sudut ruangan. Kemudian, salah satu dari kita berjalan ke sudut ruangan lainnya lalu menepuk pundak seseorang yang ada di sana. Setelah itu, yang ditepuk pundaknya giliran berjalan ke sudut lainnya dan melakukan hal yang sama, lalu begitu seterusnya sampai pagi tiba”
“Sepertinya Menarik!”
“Tapi kita harus hati – hati berjalan karena disini gelap sekali, aku bahkan tidak bisa melihat muka jelek kalian!”
“Kau yang jelek!” ucap mereka kompak.
Permainan pun dimulai. Mereka mulai berjalan perlahan ke setiap sudut ruangan untuk mengambil posisi masing-masing.
Si “A” mulai berjalan ke sudut si “B” dan menepuk pundaknya, kemudian si “B” mulai berjalan ke sudut si “C” dan menepuk pundaknya, kini giliran sih “C” yang berjalan ke sudut si “D” untuk menepuk pundaknya. Si “D” pun kemudian berjalan ke sudut si “A” kemudian menepuk pundaknya, dan begitu seterusnya.
Mereka terus melakukan permainan itu hingga pagi tiba.
Suasana yang tenang, badai yang sudah reda, dan hawa hangat bisa mereka rasakan, saat matahari mulai menampakan wujudnya. Mereka pun menghembuskan nafas lega,
Cahaya matahari perlahan memaksa masuk melalui sela-sela kayu di pondok tersebut dan mulai menerangi seluruh ruangan. Segera mereka membereskan perlengkapan dan menyiapkan diri untuk melanjutkan pendakian.
Namun, sesaat ketika mereka ingin meninggalkan pondok tersebut, salah satu dari mereka tiba-tiba terlihat pucat dan ketakutan.
“Hey!, Apa kau baik-baik saja?”
“Tidak! Kau tau, per… permainan semalam seharusnya tidak pernah kita mainkan!!!”